KOTA BATU,BANGSAONLINE.com - Kesuburan tanah di Kota Batu mulai menurun. Melihat kondisi itu, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Pemerintah Kota Batu segera melakukan langkah-langkah taktis.
Mulai tahun 2022 ini, DPKP mengadakan program revitalisasi lahan apel dan demplot lahan apel dengan memberikan bantuan kepada beberapa kelompok tani di Kota Batu.
Baca Juga: Gelar Turnamen Gateball Antarkepala OPD, Pj Aries Ingin Jadi Sport Tourism di Kota Batu
Dulkamar, Koordinator Petugas Penyuluh Lapangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kecamatan Bumiaji, menyampaikan untuk revitalisasi lahan, bantuan saprodi diberikan kepada Kelompok Tani di Desa Bumiaji 1 kelompok, Desa Sumbergondo 1 kelompok, Desa Punten 1 kelompok, dan Desa Tulungrejo 3 kelompok.
Untuk demplotnya, lahan apel yang mendapatkan bantuan saprodi yaitu Desa Tulungrejo 1 kelompok, Desa Bulukerto 1 kelompok, dan Desa Sumbergondo 1 kelompok.
"Untuk yang demplot masing-masing kelompok tani mendapatkan pupuk organik 4 ton, yang revitalisasi mendapatkan 13 ton kecuali Desa Punten mendapatkan 12 ton, ditambah agen hayati dan PGPR (plant growth promoting rhizobakteri)) serta dolomit. Sedangkan untuk demplot mendapatkan pestisida, pupuk NPK Phonska agen hayati dan PGPR serta dolomit," ujarnya.
Baca Juga: Bawaslu Kota Batu Catat Ada 7 Laporan Dugaan Pelanggaran Kampanye Pilkada 2024
Bantuan itu diharapkan bisa memperbaiki kesuburan tanah, khususnya di wilayah lahan apel untuk meningkatkan produktivitas apel Kota Batu.
"Kesuburan tanahnya kita perbaiki supaya meningkatkan organik tanahnya. Pemberian PGPR untuk menambah mikrobiologi tanahnya, meningkatkan kesuburan tanah, dan ketahanan terhadap penyakit. Untuk tanaman apel dengan dilakukan revitalisasi lahan yang setiap tahun diprogramkan, maka pelan-pelan akan membuat lahan pertanian apel khususnya akan pelan-pelan memperbaiki khususnya kesuburan tanah C organik," terang Dulkamar.
Ia mengungkapkan, rata-rata hasil laboratorium yang optimal itu minimal 5%. Sementara di Kecamatan Bumiaji rata-rata di bawah 5%, kecuali di wilayah Gabes yang masih bagus. Sedangkan Dusun Junggo Desa Tulungrejo ke bawah kurang dari 5%.
Baca Juga: KPU Sukses Gelar Debat Publik Pamungkas Pilwalkot Batu 2024
"Kita tambahkan ini supaya mendekati ideal. Untuk kesuburan tanah yang optimal itu paling tidak bahan organiknya 5%, kita tambahkan PGPR atau bila diterjemahkan kurang lebih rizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman dan sebagainya supaya mikrobiologi tanahnya meningkat," jelasnya.
Mikrobiologi tanah itu supaya mengikat N bebas, ada pelarut phosphate, ada pengurai bahan organik juga untuk ketahanan terhadap penyakit. "Misalnya ada kandungan trikoderma di sana, untuk idealnya bahan mikrobiologi tanah idealnya 1 juta per gram," paparnya..
Diakui, penyebab mikrobiologi kurang dari 1 juta per gram karena petani terlalu banyak pemakaian pestisida, insektisida, dan herbisida. Padahal, pupuk organik itu merupakan makanan mikrobiologi.
Baca Juga: Resmikan Desa Berdaya dan Kandang Komunal, Pj Wali Kota Batu Apresiasi Masyarakat Sumbergondo
"Petani kita, mohon maaf, relatif kurang memperhatikan bahan organiknya. Kalaupun petani memberikan bahan organik ke tanamannya, kebanyakan pupuk organik yang dipergunakan belum terfermentasi, jadi masih mentah atau masih belum terdekomposer," pungkas Dulkamar. (asa/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News