JEMBER, BANGSAONLINE.com - Pasca pengukuhan Satuan Tugas (Satgas) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) oleh Polres Jember, bupati menyampaikan dukungannya terhadap program-program seks edukasi.
Bupati Jember Hendy Siswanto mengaku bahwa persoalan-persoalan yang menyangkut dengan kekerasan, pelecehan, pencabulan, serta perkosaan terhadap perempuan dan anak, perlu didukung dengan seks edukasi. Ia menyampaikan bahwa hal tersebut juga sebagai tanggung jawab pemerintah untuk melakukan pencegahan dan penanganan.
Baca Juga: Anggota DPRD Jatim ini Pelopori Silaturahmi Antarorganisasi Pencak Silat se-Jember
Sebagai pencegahan, ia sangat mendukung program-program yang edukatif mengenai seks. Ia juga menilai bahwa edukasi tersebut membutuhkan peran dari tokoh masyarakat sekitarnya. "Support, sosialisasi yang paling penting ini. Tokoh masyarakat sekitar harus terlibat juga dalam melakukan edukasi," ujarnya.
Bupati Hendy juga menyampaikan bahwa saat ini tengah berjalan sebuah penataran yang diberikan kepada guru PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) se-Jember. Sekiranya juga termasuk dalam upaya untuk mendorong pengentasan kasus kekerasan, pelecehan, pencabulan, serta perkosaan terhadap perempuan dan anak, melalui pendidikan.
"Saat ini kebetulan sekali, hari ini sedang ada mapel, mata pelajaran khusus PPKn dan IPS. Ini (tentang) pengamalan nilai luhur Pancasila, tentang sosial, menimbulkan rasa sosial ke anak-anak, ini pelajaran 3 bulan untuk guru-guru PPKn dan IPS se-Kabupaten Jember kami lakukan plot pembelajaran dengan orang-orang ahli. Harapan kami di situ nanti kami akan teruskan ke anak-anak kita, ke sekolah-sekolah," harapnya.
Baca Juga: Selama Ramadhan, Polres Jember Gelar Patroli Kamtibmas
Ia menyebutkan bahwa yang menjadi penting dalam pemberian edukasi seksual kepada anak, yaitu bagaimana format penyampaian yang pas bagi mereka.
"Cara, formatnya ini yang perlu kita pikirkan bersama-sama. Kita diskusikan format penyampaiannya, pola penyampaiannya. Karena memang kadang-kadang kalau kita bukan satgas, guru pun juga kesulitan untuk menyampaikan bentuk praktiknya kayak apa. Ini butuh suatu format. Format yang pas, jangan sampai edukasi ini menjadi pelanggaran. Justru buat seneng-seneng. Seperti: ini tidak boleh begini, malah dicoba, pingin tahu. Nah, ini yang perlu hati- hati." pungkasnya. (yud/bil/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News