JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan bahwa Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, merupakan energi positif bagi masyarakat. Menurut Khofifah, kiprah Kiai Asep sangat terasa manfaatnya bagi masyarakat.
“Alhamdulillah Kiai Asep adalah energi positif (bagi masyarakat),” tegas Gubernur Khofifah saat menjadi key note speaker acara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas’ud Adnan di Gedung Dewan Pers Jalan Kebon Sirih Jakarta, Selasa (23/8/2022).
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
Meski demikian, menurut Khofifah, kiprah positif Kiai Asep tak selalu mendapat respon positif. Ada saja yang cemburu, suudzon dan sebagainya. Gubernur perempuan pertama di Jawa Timur itu lalu menunjukkan beberapa tulisan Mas’ud Adnan di BANGSAONLINE.com. Diantaranya berjudul: Kiai Asep Saifuddin Chalim Dikira Pelihara Tuyul dan Percetakan Uang Palsu.
Artinya, meski kiprah Kiai Asep sangat positif dan bermanfaat, tapi ada saja yang punya penilaian negatif.
Padahal, menurut Khofifah, kiprah Kiai Asep di masyarakat terasa sekali manfaatnya. Gubernur Khofifah kembali menunjukkan tulisan Mas’ud Adnan di BANGSAONLINE.com berjudul: Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah. Dan banyak lagi contoh tulisan Mas’ud Adnan tentang Kiai Asep yang ditunjukkan Gubernur Khofifah.
Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada
Gubernur Khofifah juga menunjukkan ayat yang selalu dipidatokan Kiai Asep. Yaitu QS. Ath-Talaq Ayat 8 yang berbunyi: Wa man yatawakkal alallah fahuwa hasbuh. Barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan memberikan kecukupan padanya.
(Peserta bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan antre minta tanda tangan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Foto: bangsaonline.com)
Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama
Menurut Khofifah, kepasrahan total Kiai Asep ini sulit ditiru. “Orang tak mudah meniru,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU itu.
Gubernur Khofifah bahkan menyarankan Mas’ud Adnan menulis buku lagi tentang Kiai Asep.
“Untuk buku kedua, Pak Mas’ud perlu menulis Kiai Asep dari segi leadership-manajerialnya,” kata Gubernur Khofifah yang kepemimpinan dan pengaruhnya disejajarkan tokoh perempuan tinggkat dunia.
Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir
Gubernur Khofifah kemudian menunjukkan buku berjudul Getting Real How Manager-Leader Do It karya Andrew Tani. Menurut Khofifah, Kiai Asep memiliki kemampuan managemen yang baik. Kiai Asep terampil sebagai leader sekaligus manager.
“Tanya saja berapa bendahara Romo Kiai Asep. Mungkin dua puluhan (bendahara),” kata Gubernur Khofifah menunjukkan kualitas menejemen Kiai Asep lewat zoom.
Menurut Khofifah, di lingkungan NU dan pesantren banyak sekali tokoh yang punya kemampuan leadership. Tapi belum dibarengi keterampilan manajerial yang baik. Karena itu Gubernur Khofifah menyarankan agar meniru Kiai Asep. Yaitu sebagai leader sekaligus manajer yang baik.
Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
(Dari kiri ke kanan: Dr KH As'ad Said Ali, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, M Mas'ud Adnan, Dr KH Cholil Nafis dan Idy Muzayyad. Foto: bangsaonline.com)
Merespon pernyataan Gubernur Khofifah, Kiai Asep menegaskan bahwa kunci utama memang manejemen. “Saya kan berkali-kali mengatakan bahwa kuncinya adalah manejemen. Yaitu menejemen yang didasari kejujuran,” kata Kiai Asep.
Baca Juga: Usai Luluk Hamidah, Lukmanul Hakim dan Wisnu Wardhana Ucapkan Selamat untuk Kemenangan Khofifah-Emil
Kiai Asep mengakui bahwa ia punya banyak sekali bendahara. “Dan semua bendahara itu tersentral kepada saya,” tegasnya sembari menegaskan bahwa ia sangat memperhatikan kesejahteraan para bendaharanya.
Kenapa? Karena kejujuran para bendahara itu merupakan salah satu penentu suksesnya manejemen.
Bahkan, menurut Kiai Asep, para bendahara itu diberi banyak prosentase keuntungan finansial sisa dana operasional, disamping gaji yang layak. “Karena itu mereka jujur semua,” tegasnya.
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asy'ari di Banjarmasin, Khofifah Sampaikan Pesan Persatuan dan Persaudaraan
Senada dengan Khofifah, Dr KH As’ad Said Ali mengatakan bahwa kiprah Kiai Asep selama ini memang luar biasa. Mantan Wakil Kepala BIN itu mengaku selalu ingat pesan ayahnya yang selalu bercerita bahwa Sunan Kudus itu adalah orang kaya dan orang pintar.
“Saya kan orang Kudus. Ayah saya selalu cerita bahwa Sunan Kudus itu kaya dan pinter. Saya dulu gak tahu apa maksudnya,” ungkap Kiai As’ad yang juga mantan Wakil Ketua Umum PBNU.
Sekarang, tutur Kiai As'ad, dirinya baru tahu bahwa ulama itu harus kaya dan pintar seperti Kiai Asep ini. “Mbah saya juga bilang kepada saya dan saudara-saudara, yang jadi kiai cukup satu saja. Tidak boleh jadi kiai semua. Saudara-sauadara yang lain disuruh kerja semua, mencarikan uang untuk membiayai saudara yang jadi kiai itu,” kata Kiai As’ad lagi sembari menyebut saudaranya yang diproyeksikan jadi kiai.
Baca Juga: Aksi Heroik Relawan Jalan Kaki ke IKN, Khofifah Titipkan Udeng Madura
Kiai As’ad juga bercerita bahwa sewaktu memiliki jabatan dirinya selalu membantu orang atau lembaga sampai miliaran rupiah. “Sekarang tetap membantu tapi tak banyak,” katanya.
Uniknya, menurut Kiai As’ad, meski dirinya suka memberi orang lain, tapi oleh Kiai Asep masih diberi uang. “Uang itu ditaruh dalam sarung. Ya sudah saya terima,” kata Kiai As’ad. Kiai Asep selain gemar memberi uang juga suka memberikan sarung.
Kiai Asep juga mengomentari Kiai Asep sebagai guru besar. Menurut dia, Kiai Asep bukan guru besar yang hanya mengajar. “Kalau profesor hanya mengajar, itu sudah biasa,” katanya.
Kiai Asep, tutur Kiai As’ad, adalah guru besar sekaligus intelektual. Kiai Asep mampu mengubah lingkungannya menjadi lebih baik. “Sekarang Pacet berubah jadi kota kecil,” kata alumnus UGM yang masih kerabat dekat KH Sahal Mahfudz, Rais Am Syuriah PBNU periode 1999-2014.
Bahkan, menurut Kiai As’ad, Kiai Asep sekarang tidak hanya seorang ulama miliarder yang punya puluhan ribu santri tapi menjadi kekuatan politik nasional. Ia menyebut bukti sukses Kiai Asep membangun Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).
“Sekarang sudah 17 ribu titik di seluruh Indonesia. Ini kan menjadi kekuatan politik,” tegas Kiai As’ad.
Sementara Mas’ud Adnan mengatakan bahwa Kiai Asep menarik ditulis karena banyak hal. Diantaranya prestasi dan dedikasinya dalam mendirikan Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur.
“Hanya dalam waktu singkat santrinya sudah mencapai 12 ribu orang,” tegas CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com itu.
Menurut Mas’ud Adnan, Kiai Asep juga piawai mencetak santri berprestasi. "Santrinya hebat-hebat. Banyak yang diterima di perguruan tinggi luar negeri, seperti Mesir, Maroko, Rusia, Cina, Amerika, Singapura, Inggris dan negara lainnya. Apalagi pergurun tinggi dalam negeri, seperti ITB, Unair, ITS, UI dan sebagainya, selalu ada santri Amanatul Ummah,” tegas alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair.
Kiai Asep, tegas Mas’ud Adnan, juga telah mengubah paradigma kekiaian di Indonesia. Terutama dalam bersedekah.
“Biasanya, kalau kita sowan pada kiai kan kita yang menyalami uang karena tabarrukan pada kiai. Tapi kalau kita sowan Kiai Asep malah kita yang dikasih uang dan sarung,” kata Mas’ud Adnan yang selama ini telah banyak menulis buku, antara lain: Gus Dur Hanya Kalah dengan Orang Madura dan beberapa buku tentang Gus Dur dan NU.
Yang menarik, Idy Muzayyad, mantan Ketu Umum IPNU, justru minta ijazah agar bisa kaya seperti Kiai Asep. “Tapi ijazahnya yang ringan-ringan saja Kiai, sebab kalau ijazahnya berat saya tak sanggup melakukan,” kata Idy yang disambut tawa peserta bedah buku.
Kiai Asep langsung memberikan ijazah. Yaitu salat malam 12 rakaat plus salat witir 3 rakaat. Juga disertai doa khusus. Salat malam dan doa itu, menurut Kiai Asep, diambil dari Kitab Ihya Ulumiddin, karya Hujjatul Islam Imam Ghazali.
Mengutip narasi kitab itu, Kiai Asep mengatakan bahwa salat malam dan doa itu sangat istijabah. K “Doanya ada dalam buku itu,” tutur Kiai Asep. Doa ada pada bagian akhir buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan itu. “Addu’a alladzi la yuraddu. Doa yang tak akan ditolak oleh Allah,” tegas Kiai Asep sembari mengatakan bahwa salat malam dan doa itulah kunci suksesnya selama ini.
“Namun kalau minta ijazah yang ringan gak apa-apa. Panjenengan baca doa Hasbunallah sayu’tinallah minfadlihi warasuluhu inna ilallahi raghibun. Baca setiap habis salat Subuh dan sehabis salat Ashar 10 kali,” kata Kiai Asep.
Acara bedah buku itu digelar Forum Jurnalis Wakaf Indonesia (Forjukafi) yang dipimpin Wahyu Muryadi, wartawan senior. Forjukafi bekerjasama dengan Jalasutra dan Persatuan Guru Nadlatul Ulama (Pergunu).
Banyak tokoh hadir dalam acara bedah buku yang dimoderatori Yusron Aminulloh itu. Antara lain Dr KH Cholil Nafis (Ketua MUI Pusat), Dr KH Mujib Qulyubi (mantan Wakil Katib Syuriah PBNU), Dr Aris Ade Laksono (Sekjen Pergunu), Dr Saefulloh (Ketua Pergunu Jabar), Dr Eng Fadly Usman (Waketum Pergunu), Mukhas Syarqun (penulis buku eksklopedi Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dan Gus Dur), Mabroer MS (wartawan senior) serta para tokoh lain.
Buku ini sudah dibedah di Palembang, Denpasar Bali, Maros Sulawesi Selatan, di Kongres ke-3 Pergunu di Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, dan kini di Jakarta. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News