BLITAR, BANGSAONLINE.com - Sejak pemerintah menaikkan harga BBM subsidi beberapa waktu lalu, bahan bakar minyak (BBM) alternatif dari limbah plastik buatan warga Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, jadi diminati warga.
Adalah Muryani, pria yang berhasil menciptakan BBM alternatif dari limbah plastik tersebut.
Baca Juga: Jaring Atlet untuk Porprov, Pordasi Kediri Gelar Kejurprov Berkuda di Lapangan Desa Wates
Ia mengaku, banyak masyarakat yang kini memesan BBM tersebut kepadanya, sejak harga BBM naik.
"Iya belakangan ini banyak yang pesan ke saya," kata Muryani, Rabu (14/9/2022).
Muryani bersyukur dengan banyaknya pesanan. Sebab, otomatis dia mendapatkan mendapatkan keuntungan lebih banyak.
Baca Juga: Aktivis Antikorupsi Blitar Geruduk 2 Kejari, Desak Usut Aktor Kunci Kasus Rasuah
Sebelumnya, dia hanya bisa menjual 5 sampai 10 liter per harinya, atau sekira Rp100 ribu jika diuangkan.
"Namun setelah BBM naik, bisa jual 25 liter per hari. Jadi, setiap harinya bisa mendapatkan keuntungan Rp300 ribu per hari," tegasnya.
Murnyani tidak kesulitan untuk mendapatkan baku limbah plastik. Sebab, dirinya memang bekerja sebagai petugas kebersihan sehari-harinya.
Baca Juga: Perjanjian Internasional Akhiri Pencemaran Plastik Gagal, Negosiasi Akan Dilanjut Tahun Depan
Menurutnya, ilmu mengubah sampah plastik menjadi BBM itu didapatnya dari sang ayah. Bahwa, semua plastik mengandung gas. Dari sanalah, pria paruh baya yang tidak lulus SD tersebut bereksperimen membuat alat untuk menyuling gas yang dihasilkan dari plastik menjadi BBM.
"Sudah saya coba berkali-kali, namun sering gagal. Nah, tahun 2009 lalu setelah berkali-kali gagal, alat ini bekerja sesuai yang saya harapkan, bisa mendaur ulang sampah plastik jadi tiga jenis bahan bakar," jelas Muryani.
Untuk menghasilkan BBM alternatif, awalnya Muryani harus memilah sampah plastik yang bening atau tidak berwarna. Sampah plastik itu kemudian dijemur sampai kering.
Baca Juga: Korban Kecelakaan di Blitar Diketahui Bawa Ganja, Polisi Dalami Keterlibatan Jaringan Narkoba
Sampah plastik yang kering lalu dimasukkan ke sebuah destilator berkapasitas 10 kg hasil rakitannya. Dari 10 kg plastik, 60% di antaranya disuling menjadi solar, 25% menjadi premium, dan 15% disuling menjadi minyak tanah.
Proses penyulingan ini membutuhkan waktu empat jam dengan suhu panas 200 derajat celcius.
"Setiap kali proses penyulingan, destilator bisa menghasilkan sebanyak 6 liter solar, 2,5 liter premium, dan 1,5 liter minyak tanah," jelasnya. (ina/rev)
Baca Juga: Suami Pembacok Istri di Blitar Diringkus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News