Kapolda Baru Jatim, Irjen Teddy, Ayah Madura, Bukan Kelompok Sambo, Perang pada Judi

Kapolda Baru Jatim,  Irjen Teddy, Ayah Madura, Bukan Kelompok Sambo, Perang pada Judi Irjen Teddy Minahasa Putra. Foto: instagram

(Dahlan Iskan)

Polresta Malang sudah memulai dengan sangat baik. Senin lalu. Saya agak telat mengetahui ini: anggota Polresta Malang bersujud bersama di halaman Polres, mendoakan korban tragedi Kanjuruhan.

Sujud bersama itu begitu lama. Dipimpin seorang imam. Yang jadi imam kapolresta Malang sendiri: Kombes Pol Budi Hermanto.

Sujud itu lama. Sepanjang doa. Doanya lama. Dibacakan oleh Kepala Kerohanian Polresta Malang Aipda Edi. Ia anggota Satlantas Polresta Malang.

"Yang membaca doa memang saya, tapi yang membuat teks doa itu bapak kapolresta Malang sendiri," ujarnya.

Saya sangat tersentuh dengan video sujud bersama itu. Ini salah satu wujud sikap kesatria yang saya maksud di Disway pekan lalu.

Acara seperti itu tentu bisa ikut menyembuhkan luka yang begitu dalam.

Polresta Malang memang dikenal sangat menghayati jiwa -Aremanita. Bahkan di Polresta Malang itu terdapat korwil Arema: korwil Arema Polresta.

Sayangnya Polresta Malang tidak dilibatkan dalam pengamanan pertandingan di Kanjuruhan 1 Oktober lalu. Bahkan di jajaran BKO, tidak satu pun ada personil Polresta Malang yang di-BKO-kan di Kanjuruhan.

Stadion Kanjuruhan memang tidak termasuk wilayah Polresta Malang. Kanjuruhan berada di wilayah Polres Malang. Polresta untuk kota, Polres untuk kabupaten. Kanjuruhan berada di Kabupaten Malang: 25 km di selatan kota Malang.

Tentu lebih tepat kalau Polres Malang juga ikut apa yang dilakukan Polresta Malang. Bahkan mungkin dengan ide yang lebih baik lagi.

Dari jumlah yang meninggal, 132 orang, memang hanya sekitar 30 orang yang dari kota Malang. Selebihnya dari kabupaten Malang. Tentu ada satu-dua dari kabupaten tetangga.

Jumlah penonton Arema juga imbang: 50 persen dari kota, 50 persen dari desa-desa di kabupaten. Karakter mereka juga sedikit berbeda. Anda sudah bisa menduga: di mana perbedaannya.

Yang datang dari kota itu umumnya naik sepeda motor. Ribuan juga yang pilih naik kereta api. Mereka naik kereta dari stasiun kota dan kota lama, turun di stasiun Kepanjen. Lalu jalan kaki tidak sampai 1 km ke Stadion Kanjuruhan. Itu adalah kereta Surabaya-Blitar yang melewati Malang-Kepanjen.

Jenderal Tedy Minahasa Putra kini mendapat tugas yang sepadan dengan kemampuan aslinya. Ia kini mendapat arena kelas utama. Mata nasional akan jeli mengamatinya. Kemampuan sebenarnya akan terlihat di sini: memang hebat atau biasa-biasa saja.

Ia menggantikan Irjen Pol Nico Afinta yang begitu banyak cobaannya. Kini Irjen Pol Nico hanya menjadi staf ahli di Mabes Polri. Awalnya ia memang dikait-kaitkan dengan . Dan belakangan diminta ikut bertanggung jawab tragedi Kanjuruhan.

Maka sebelum berangkat cuci piring minggu ini Jenderal Tedy mungkin akan ke Pasuruan dulu. Sungkem ke mamanya. Minta restu. Untuk tugas beratnya. Juga untuk karir berikutnya di masa yang lebih depan. Siapa tahu. (Dahlan Iskan).

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan meilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Akhirnya, Putra Kiai Jombang Tersangka Pencabulan Santriwati Serahkan Diri ke Polda Jatim':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO