SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan karya M Mas’ud Adnan kini menjadi perbincangan publik seantero nasional. Buku yang mengisahkan tentang kiprah dan succsess story Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, itu dianggap inspiratif sekaligus membuka kesadaran publik tentang pentingnya seorang ulama menjadi kaya raya sekaligus dermawan.
Kiai Asep adalah pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur. Kiai Asep juga ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu).
Baca Juga: Grand Launching Majelis Istighotsah Ikapete, Gus Fahmi Ajak Lestarikan Peninggalan Mbah Hasyim
Hebatnya lagi, buku yang mengalami cetak ulang berkali-kali itu dibedah di berbagai kota, kabupaten dan berbagai provisi. Bahkan hampir seluruh Indonesia.
Apa kata sang penulis buku tersebut?
“Saya juga heran. Banyak sekali berbagai lembaga atau instansi, seperti perguruan tinggi negeri, swasta, pesantren, organisasi bahkan partai yang minta buku itu dibedah. Malah ada yang minta izin kepada saya untuk menjadikan buku itu sebagai mata kuliah kewirausahaan di sebuah perguruan tinggi,” kata M Mas’ud Adnan, penulis buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan, Ahad (11/12/2022).
Baca Juga: Imam Suyono Terpilih Jadi Ketua KONI Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
(M Mas'ud Adnan, penulis buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan, ketika menjadi nara sumber dalam acara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan di Gedung Dewan Pers Jalan Kebon Sirih Jakarta, Selasa (23/8/2022). Tampak dari kiri: Dr KH As'ad Said Ali, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, M Mas'ud Adnan, Idy Muzayyad dan Yusron Aminulloh. Foto: bangsaonline.com)
Menurut Mas'ud Adnan, Kiai Asep memang sangat fenomenal. "Selain alim, kaya raya, beliau juga sangat dermawan,” tambahnya.
Baca Juga: Doakan Kelancaran Tugas Khofifah-Emil, Kiai Asep Undang Kiai-Kiai dari Berbagai Daerah Jatim
Menurut dia, Kiai Asep tak pernah berhenti berpikir dan bergerak. Baik untuk memajukan pendidikan maupun memberi motivasi kepada masyarakat agar kesejahteraan ekonominya meningkat. Termasuk turun ke berbagai daerah.
"Kiai Asep memang ulama yang sangat kreatif dan inovatif. Tak pernah puas dengan apa yang telah dilakukan. Terus berpikir dan menciptakan karya-karya baru, baik dalam soft skill maupun dalam bentuk fisik bangunan," kata Mas'ud Adnan.
Karena itu, Mas'ud Adnan sangat tertarik menulis kiprah Kiai Asep. "Ini penting agar publik, terutama generasi muda tahu dan bisa meniru atau terinspirasi," kata Mas'ud Adnan yang cukup jeli membidik Kiai Asep sebagai nara sumber utama buku tersebut.
Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa
Siapa dan bagaimana latar belakang M Mas’ud Adnan? Silakan simak tulisan di bawah ini.
Nama lengkapknya H M Mas’ud Adnan atau EM Mas’ud Adnan. Ia gemar menulis sejak remaja. Bahkan ketika duduk kelas 1 Madrasah Aliyah di Pesantren Tebuireng, Jombang, tulisannya sudah dimuat di Jawa Pos.
“Saat itu tulisan pertama saya dimuat di halaman opini Jawa Pos. Bahkan dalam seminggu tulisan saya dimuat dua sekaligus. Yang satu tentang agama, satunya lagi tentang pesantren,” kata Mas’ud Adnan mengenang masa remajanya di pesantren.
Baca Juga: Kedudukan Pers Sangat Tinggi dalam Undang-Undang, Wartawan Harus jaga Marwah Pers
“Kalau gak salah saat itu tahun 1984. Karena saya lulus Aliyah tahun 1986,” tambah Mas’ud Adnan.
Ia mengaku sangat senang. “Saking senangnya, sepulang sekolah saya ajak teman saya yang satu kelas untuk melihat tulisan saya di Jawa Pos yang saat itu korannya dipajang di halaman Pesantren Tebuireng,” kata Mas’ud Adnan.
Baca Juga: Klaim Didukung 37 Cabor, Imam Sunyono Optimis Terpilih Ketua KONI Kabupaten Mojokerto
Hati Mas’ud kian gembira karena ternyata beberapa hari kemudian ia mendapat honor dari Jawa Pos yang dikirim lewat wesel kantor pos. “Saat itu kan belum ada ATM seperti sekarang. Jadi semua pengiriman uang lewat wesel. Saya sangat senang terutama karena dari dua tulisan itu saya dapat Rp 27,500," tuturnya.
Menurut dia, uang Rp 27,500 itu sangat besar.
"Wow. Uang segitu saat itu sangat besar untuk ukuran saya. Karena saat itu kiriman saya sendiri dari orang tua sekitar Rp 8 ribu atau Rp 10 ribu tiap bulan. Jadi saya senang sekali,” kata Mas’ud Adnan.
Baca Juga: Gegara Mitos Politik dan Lawan Petahana, Gus Barra-dr Rizal Sempat Diramal Kalah
Lalu dipergunakan untuk apa uang itu? “Sebagian buat beli buku, sebagian lagi saya buat mentraktir makan teman-teman sesama santri,” katanya.
Sejak itu Mas’ud Adnan semakin rajin dan produktif menulis. “Tapi tulisan saya tak selalu dimuat. Sering gak muncul di koran, meski sudah mengirim berkali-kali,” katanya.
Namun Mas’ud Adnan tak putus asa. “Saya menulis terus, sampai akhirnya tulisan saya dimuat koran hampir seminggu sekali,” tuturnya.
Baca Juga: Raih 53,4 Persen di Pilbup Mojokerto 2024, Pasangan Mubarok Kalahkan Petahana
DATA LENGKAP M MAS’UD ADNAN
M Mas’ud Adnan adalah wartawan, kolumnis, penulis buku, dan aktivis organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Mas’ud Adnan lahir pada 11 Oktober 1964 di Desa Patemon Batas Dumajah, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur.
Mas’ud Adnan adalah pendiri dan CEO Surat Kabar HARIAN BANGSA yang berkantor pusat di Jalan Cipta Menanggal I/35 Surabaya. HARIAN BANGSA terbit sejak 1 Maret 2000 dan beredar di seluruh Jawa Timur. HARIAN BANGSA, selain memuat berita-berita nasional dan daerah Jawa Timur, juga menyajikan rubrik khusus keagamaan, terutama Islam.
Pada 24 Juli 2014 Mas’ud Adnan mendirikan BANGSAONLINE.com. BANGSAONLINE.com berkembang menjadi media nasional dengan wartawan di berbagai kota dan kabupaten bahkan di beberapa provinsi.
Pendidikan Mas’ud Adnan diawali di kampung halamannya. Yaitu SDN Buddan dan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khoir Patemon Tanah Merah Bangkalan. Kemudian melanjutkan ke Madrasah Salafiyah Syafiiyah Bandungan, Kendaban, Tanah Merah Bangkalan.
Mas’ud Adnan kemudian mondok di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Di Pesantren Tebuireng Mas’ud Adnan sekolah di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah hingga tamat.
Mas’ud Adnan lalu melanjutkan ke Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) Surabaya. Kemudian melanjutkan lagi di Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Tesisnya tentang Gus Dur.
DARI KANAN: Prof Dr Suparto Wijoyo, M Mas'ud Adnan, Prof Badri Munir Sukoco, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, Baddrut Tamam dan Munif At-Tamimi dalam acara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan yang diselenggarakan Sekolah Pascasarjana Unair di Ruang Majapahit ASEEC Tower Kampus B Unair Surabaya, Jumat (30/9/2022). Foto: bangsaonline.com
Sebagai aktivis organisasi, Mas’ud Adnan tercatat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) periode 2009-2011.
Juga sebagai Wakil Ketua Balitbang PWNU Jawa Timur (2002-2007).
Kemudian Wakil Ketua Pencak Silat NU Pagar Nusa Jawa Timur (2019-2024) dan Dewan Pakar Pengurus Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) periode 2022-2027.
Mas’ud Adnan pernah menjadi Wakil Ketua DPW Partai Kebangkitan BANGSA (PKB) Jawa Timur selama dua periode (2006-2016).
"Tapi sekarang saya sudah gak aktif lagi di politik. Saya lebih fokus mengelola media dan menulis," kata Mas'ud Adnan.
Para pembicara Bedah Buku karya M Mas'ud Adnan, Kiai Miliarder Tapi Dermawan, di ITB Stikom Denpasar Bali, Ahad (17/7/2022). Tampak Dahlan Iskan (nomor dua dari kirim), Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, dan M Mas'ud Adnan (baju putih, paling kanan) dan Dr Hafid Muksin (paling kiri). Foto: BANGSAONLINE.com
Mas’ud Adnan banyak menulis buku. Antara lain: Presiden Dur Yang Gus Itu, Anehdot-Anehdot KH Abdurrahman Wahid (2000), Gus Dur hanya Kalah dengan Orang Madura (2010), Sunan Gus Dur, Akrobat Politik Ala Nabi Khidir (2011) dan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, Kiai Miliarder Tapi Dermawan (2022).
Mas’ud Adnan menikah dengan Hj Maimunah Saroh pada 1992. Mereka dikuruniai 4 putra. Yaitu Revol Afkar, Mohammad Sulthon Neagara, Radika Alqolb dan Mohammad Ababil Adnani.
Seperti diberitakan, buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan ini sudah dibedah di berbagai tempat. Antara lain di Kantor Gubernur Kalteng, di ITB Stikom Denpasar Bali, Pascasarjana Unair Surabaya, dan juga di Gedung Dewan Pers Jalan Kebon Sirih Jakarta, serta di Pesantren Tahfidz Maros Sulawesi Selatan.
Buku ini kemudian juga dibedah di Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon Jawa Barat, Pesantren Amanatul Ummah 02 Leuwimunding Majalengka Jawa Barat, Universitas Trunojo Madura (UTM), Pesantren Ibnu Kholdun Al Hasyimi Situbondo, Pendopo Bupati Bondowoso, Kongres III Pergunu di Amanatul Ummah Pacet Mojokerto.
Juga dibedah di Hotel Garuda Pontianak Kalimantan Barat, yang diselenggarakan oleh Pergunu Kalbar dan di Pondok Pesantren Raudlatul Islamiyah Robatal Sampang Madura.
Lalu juga dibedah di Pascasarjana Unisma Malang, di Pondok Pesantren Babussalam Aceh Utara, di Kantor Bupati Aceh Utara, di Pondok Pesantren Asshodiqiyah, Gayamsari, Semarang, Jawa Tengah dan tempat-tempat lainnya.
“Tanggal 14 Desember 2022 ini di Jambi, kemudian pada 16 Desember 2022 di Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung, Jawa Barat. Masih banyak yang antre. Saya harus mengatur jadwal untuk menyesuaikan dengan waktu Kiai Asep,” kata Mas’ud Adnan. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News