BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com – Musim penghujan mulai berlalu, musim kemarau mulai menyapa, tepatnya pada pertengahan tahun ini. Namun, sejumlah embung alias waduk di Bojonegoro tidak mampu menampung air secara optimal selama musim hujan beberapa bulan lalu.
Akibatnya, persediaan air di waduk diperkirakan hanya cukup untuk keperluan musim tanam padi kedua. Sedangkan, cadangan air untuk keperluan bercocok tanam selama musim kemarau mendatang diperkirakan tidak tercukupi.
Baca Juga: Petrokimia Gresik di Usia 52 Tahun, Dorong Kemajuan Pertanian dan Industri Kimia Berkelanjutan
Waduk Blibis di Dusun Glagah, Desa/Kecamatan Purwosari, misalnya kini hanya mampu menampung air kurang dari separuh daya tampung waduk tersebut. Waduk Blibis yang berada di dekat hutan Kendung wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Padangan itu mempunyai luas sekitar dua hektare. Minimnya air yang bisa ditampung di waduk karena dasar waduk ini mengalami pendangkalan cukup parah.
Menurut Rakiman (56), petani di Dusun Glagah, air yang bisa ditampung di Waduk Blibis selama musim hujan hanya sedikit. Cadangan air di waduk itu, kata dia, hanya cukup untuk pengairan persawahan selama Mei hingga Juli nanti.
“Air di waduk tidak cukup untuk cadangan selama musim kemarau nanti,” ujarnya, kemarin (19/5).
Baca Juga: Dukung Peningkatan Produksi Padi, Babinsa Lakukan Pendampingan dalam Percepatan Pompanisasi
Beberapa petani mengambil air di Waduk Blibis ini dengan cara disedot memakai mesin diesel. Air lalu disalurkan melalui pipa ke areal persawahan di Dusun Glagah, Sambong dan sekitarnya. Persawahan tampak ditanami padi yang masih berumur sebulan hingga dua bulan.
Kondisi Waduk Sonorejo di Desa Sonorejo, Kecamatan Padangan juga memprihatinkan. Waduk seluas tiga hektare ini juga terlihat hanya mampu menampung air separuhnya saja dari daya tampung waduk tersebut. Persediaan air ini diperkirakan hanya cukup untuk keperluan masa tanam padi kedua yakni sekitar Mei hingga Juli nanti.
Wakiran (52), petani di Desa Sonorejo mengatakan, daya tampung Waduk Sonorejo terus menyusut karena mengalami pendangkalan parah. Seharusnya, kata dia, Waduk Sonorejo dikeduk sehingga bisa berfungsi seperti sedia kala.
Baca Juga: Jelang Musim Tanam, Dirut Petrokimia Gresik Blusukan ke Distributor dan Kios Pupuk
“Cadangan air yang bisa disimpan di Waduk Sonorejo selama musim hujan sedikit sekali, kurang dari separuh dari daya tampung waduk,” ujarnya.
Ia menuturkan, kondisi itu diperparah dengan bangunan waduk yang mengalami kerusakan. Bangunan plengsengan di sisi timur waduk jebol dan rusak sepanjang 15 meter. Begitu pula bangunan pengatur air di sisi utara rusak.
“Tidak sampai musim kemarau, air di Waduk Sonorejo ini sudah habis,” ujarnya.
Baca Juga: Simak Cara Mengendalikan Hama Penggerek Tongkol Jagung
Kondisi serupa juga terjadi di Waduk Ngradin di Desa Ngradin, Waduk Juwet di Desa Ngradin dan Waduk Mulus di Desa Ngasinan, semuanya di wilayah Kecamatan Padangan. Ketiga waduk itu juga mengalami pendangkalan parah sehingga tidak bisa menampung cadangan air secara optimal selama musim hujan. Persediaan air hanya cukup untuk keperluan selama Mei hingga Juli nanti.
Sementara itu para petani di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo saat ini juga sedang menanam padi kedua. Tanaman padi di sawah daerah bantaran sungai rata-rata berumur seminggu hingga sebulan. Tanaman padi itu diairi dari Sungai Bengawan Solo. (nur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News