SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Beredarnya beras sintetis di Bekasi, membuat Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jatim (Disperindag) langsung menggelar sidak dengan melibatkan Bulog, BP POM, Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan dan pihak Polrestabes Surabaya ke beberapa pasar. Seperti pasar beras Bendul Merisi, Pasar Wonokromo, Pasar Tembok dan gudang beras di Balongsari termasuk swalayan.
“Kami menduga beras-beras tersebut adalah beras selundupan karena kementerian perdagangan belum pernah memberikan izin untuk impor beras. Ini sudah masuk ranah hukum. Polisi yang harus menangani hal ini,” ujar Kepala Disperindag Jatim, Warno Harisasono, kemarin (20/5).
Baca Juga: Respons Dampak Banjir Jember, BPBD Jatim dan OPD Tinjau Wilayah Terdampak dan Salurkan Bantuan
Informasi yang diperoleh dari Jakarta, kata Hari - begitu biasa disapa, beras yang diduga berbahan sintetis itu jenisnya long grain rice (beras panjang) dengan merek Thai Ladies Brand yang dikemas berukuran 10 kg. Dilihat dari mereknya, kemungkinan beras ini berasal dari Thailand.
Sementara ini, lanjut Hari didampingi Eka Setyabudi, Kasi Pengawasan Barang Beredar dan Perlindungan Konsumen Disperindag Jatim, belum ada laporan adanya beras sintetis di Jatim. Dalam sidak kemarinpun, belum ditemukan adanya beras sintetis.
“Sebenarnya kami belum tahu rupanya beras sintetis itu bagaimana. Tim hanya melakukan beberapa tes untuk mengecek keaslian beras. Di antaranya, mencium baunya, menggigit dan merasakan beras, merendam beras ke dalam air. Informasinya, jika beras mengapung, kemungkinan besar mengandung bahan plastik. Jika tenggelam dipastikan tidak mengandung plastik," urai Hari.
Baca Juga: Tinjau Posko OMC, Pj Gubernur Adhy: Upaya Kurangi Dampak Cuaca Ekstrem di Daerah Rawan Banjir
Di pasar beras Bendul Merisi, pedagang sudah mengetahui adanya berita beras sintetis ini. Mereka mengaku resah meskipun untuk sementara belum mempengaruhi penjualan. Di Pasar Wonokromo, ternyata banyak pedagang yang tidak tahu berita yang sudah heboh ini. “Beras plastik? Ada ta pak? Saya kok baru dengar,” ujar salah satu pedagang ketika menanyakan maksud sidak.
Ketika tim melanjutkan sidak ke sebuah swalayan di Jalan Rajawali, beras Thai Ladies Brand tidak ditemukan disana. Makanya, Disperindag menduga beras ini selundupan.
“Kami tetap akan melakukan pemantauan dan pengawasan meskipun ini masuk ranah hukum. Daerah-daerah yang ada pelabuhannya seperti Gresik, Lamongan harus ketat memantau. Delapan titik pemantauan yang selama ini dipergunakan untuk memantau ternak yang keluar masuk Jatim juga bisa dipakai untuk memantau masuknya beras sintetis ini,” jelas Hari.
Baca Juga: Lagi, Jatim Dapat Penghargaan, Raih Predikat Sangat Baik Implementasi Sistem Merit Manajemen ASN
Jalur darat juga tak luput dari pemantauan. PPNS pertanian di kota-kabupaten harus terlibat mengawasi di daerah perbatasan. “Nanti pengawasan harus melibatkan polri, balai karantina juga selain pihak-pihak terkait,” pungkas Hari.
Di tempat terpisah, Gubernur Jawa Timur Soekarwo memastikan beras sintetis atau berbahan plastik tidak masuk wilayahnya. Tapi dia meminta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur tidak lengah melakukan pengawasan.
"Kami harapkan tidak sampai beredar di sini. Selama ini Jawa Timur sebagai lumbung beras, penyuplai mayoritas kebutuhan beras di Indonesia,” ujar Soekarwo, ditemui di Grahadi.
Baca Juga: Luncurkan Puspaga Setara di Peringatan Hari Ibu, Pj Gubernur Jatim : Wujudkan Kesetaraan Gender
Kata dia, munculnya beras sintetis dipicu harga beras asli yang melambung dan masyarakat memilih beras harga murah. "Kalau harga beras turun, otomatis yang palsu akan hilang. Tugas kita sekarang, mengembalikan harga beras tidak mahal dan terjangkau," ujarnya.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur berusaha menekan lonjakan harga beras dengan memotong biaya tinggi tata niaga. Selama ini harga gabah kering dari petani Rp 3.500 per kilogram. Namun jika beras sudah sampai ke pasaran, harganya meningkat hingga Rp 9 ribu per kilogram. (nis/dur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News