Anies Berkiblat ke China atau AS? Ini Jawaban Capres Nasdem itu di Depan 50 Pimpinan Media di Jatim

Anies Berkiblat ke China atau AS? Ini Jawaban Capres Nasdem  itu di Depan 50 Pimpinan Media di Jatim Anies Baswedan saat dialog dengan para pimpinan media bertajuk “Chief Editors Meeting Bersama Anies Baswedan” di Shangri La Hotel Surabaya, Jumat (17/5/2023) malam. Foto: BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Calon Presiden (Capres) Partai , Anies Baswedan, mengundang 50 Jawa Timur dalam acara bertajuk “Chief Editors Meeting Bersama Anies Baswedan” di Shangri La Hotel Surabaya, Jumat (17/5/2023) malam.

Dialog Anies dengan para petinggi media itu dipandu Dhiman Abror Djuraid, wartawan senior yang juga mantan pemimpin redaksi sejumlah media, antara lain Jawa Pos, Surya, Surabaya Post, dan media lain. Doktor ilmu komunikasi itu juga dikenal sebagai kolumnis.

Yang menarik, di hadapan para itu, Anies Baswedan tampil egaliter. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menolak duduk di atas panggung yang telah disiapkan panitia ().

“Ini kayak kepala daerah mau menyosialisasikan program dan instruksi,” kata Anies berseloroh.

Anies minta duduk sejajar dengan para yang hadir. Otomatis panitia memindahkan kursi dan meja ke lantai bawah.

“Ini lebih enak, meski tetap berjarak,” kata Anies sembari mengatakan bahwa saat menjabat Gubernur DKI pun ia memimpin secara egaliter.

Anies juga tak mau menyampaikan kata sambutan atau pengantar seperti yang diminta Dhiman Abror. Ia mengaku lebih suka bertanya daripada memberikan instruksi.

(Anies Baswedan dan Dhiman Abror Djuraid dalam acara dialog dengan para Jawa Timur. Acara itu bertajuk “Chief Editors Meeting Bersama Anies Baswedan” di Shangri La Hotel Surabaya, Jumat (17/5/2023) malamFoto: bangsaonline.com)

Acara dialog pun berlangsung gayeng. Banyak pertanyaan dilontarkan para . Mulai dari yang berat hingga yang ringan, bahkan ada yang hanya menyampaikan pujian.

M. Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE yang juga hadir menyampaikan tiga pertanyaan.

“Saya to the point saja. Pak Anies, jika panjenengan terpilih sebagai presiden, akan berkiblat ke mana, ke Tiongkok (China) atau ke Amerika Serikat,” tanya Mas’ud Adnan. Sebab, faktanya, hampir semua presiden RI – bahkan presiden negara lain - tak lepas dari ketergantungan kepada Amerika atau China.

“Kedua, sekarang kondisi Polri sedang banyak masalah. Mulai kasus Sambo dan yang lain. Apa yang akan dilakukan Pak Anies dan dari mana akan menyelesaikan problem di institusi Polri itu,” tanya Mas’ud Adnan yang alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair.

“Jika dulu TNI yang banyak menduduki jabatan strategis, kini justru polisi yang banyak menduduki jabatan strategis, termasuk pimpinan KPK, BIN, dan yang lain. Bagaimana menurut Pak Anies,” tambahnya.

“Ketiga, saya dapat informasi, apa benar Pak Anies dekat dengan Aguan,” tanya Mas’ud Adnan. Yang dimaksud Aguan adalah Sugianto Kusuma, konglomerat etnis Tionghoa yang disebut-sebut sebagai salah satu konglomerat 9 naga.

Anies Baswedan menjawab satu per satu. “Ini seperti ujian disertasi,” canda Anies sembari tertawa.

Soal Amerika dan China, kata Anies, kita dalam bernegoisasi harus tegas memprioritaskan kepentingan Indonesia.

“Kita harus punya apa yang kita sebut national interest,” tegas cucu Pahlawan Nasional AR Baswedan itu.

Ia mengaku pernah bertemu dengan pimpinan negara tapi ia enggan menyebutkan negara mana. Anies mengaku menjelaskan kepada pimpinan negara itu tentang posisi dan kepentingan Indonesia. Artinya, dalam bernegoisasi harus tegas menomorsatukan kepentingan Indonesia.

“Kalau ditanya kiblat, maka kiblat kita Indonesia,” katanya.

Anies juga menjawab tentang problem kepolisian. Menurut dia, perlu anggaran yang cukup untuk Polri secara detail. Misalnya, polres itu butuh berapa untuk operasional dan seterusnya.

Kenapa? Karena umumnya ada tiga hal yang menyebabkan institusi atau lembaga itu tidak efektif dan menimbulkan korupsi.

Pertama, karena kebutuhan yang tidak tercukupi. Akibatnya, timbul korupsi.

Kedua, karena faktor keserakahan. Sehingga kebutuhan itu tak pernah merasa tercukupi.

Ketiga, karena sistem yang kurang baik. Karena itu tiga hal itu harus dicarikan solusi.

Hanya saja, kata Anies, berbagai problem itu tak bisa diselesaikan sendirian.

“Seorang top leader tak mungkin bisa memberikan semua solusi. Karena itu saya lebih banyak bertanya,” kata Anies sembari mengatakan bahwa ia tak pernah mau mengklaim program-program yang telah diselesaikan saat menjadi gubernur DKI karena selalu melibatkan semua pihak.

Soal kedekatannya dengan Aguan, Anies menjawab diplomatis. Ia mengaku dekat dengan semua kalangan. Bahkan ketika jadi Gubernur DKI Jakarta ia mengaku merangkul semua pihak. Termasuk orang-orang yang tidak memilih dirinya saat pilgub, bahkan memusuhi.

“Mereka mengira akan dihukum. Tapi saya tidak menghukum mereka,” kata mantan Rektor Universitas Paramadina itu.

Anies mengakui saat Pilgub DKI ada polarisasi sangat tajam. Dan itu biasa dalam pilkada. Bahkan isu yang muncul atau dikembangkan pun beragam dan cenderung menimbulkan polariasi potitik.

“Kalau calonnya laki dan perempuan, maka yang muncul adalah isu gender,” katanya.

Begitu juga kalau calonnya lain suku, misalnya Jawa dan Sunda atau non Jawa. 

“Maka yang muncul isu suku,” katanya.

Apalagi, jika calonnya beda agama, misalnya Islam dan Kristen. 

“Maka yang muncul adalah isu agama,” katanya.

Akibatnya, jika kalah dalam pilkada, maka alasannya karena faktor agama. Tapi jika menang beralasan karena program.

“Itu penyakit kita,” katanya.

Menurut dia, polarisasi politik memang tak terelakkan dalam pilkada. Tapi dalam perspektif demokrasi seharusnya polarisasi itu selesai begitu pilkada usai.

Rudi Pranata, seorang kolumnis, yang hadir dalam pertemuan itu juga mengajukan pertanyaan sensitif. “Apakah Pak Anies sudah merasa aman dengan KPK,” tanya Rudi tekait formula E yang isunya terus menggelinding.

Menurut Anies, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sudah mengaudit secara berturut-turut selama tiga tahun. Yaitu tahun 2020, 2021, dan 2022. Tapi tak ada masalah atau pelanggaran.

“Lha, mereka mengaudit tiga kali dan WTP terus,” katanya. Memang ada catatan, dan itu biasa. Tapi tak ada kerugian uang negara.

Menurut dia, formula E lebih sebagai opini ketimbang sebagai persoalan substansial.

“Sebenarnya ramainya KPK yang tersinggung BPK,” kata Anies.

Anies minta diberi contoh, adakah pekerjaan pemerintah diaudit hingga tiga kali berturut-turut untuk sesuatu yang dikerjakan.

“Dan tahun kemarin diaudit kembali keempat kali, namanya itu PDTT atau pemeriksaan dengan tujuan tertentu,” katanya.

Seorang jurnalis bernama Simon yang mengaku mengelola media Kristen juga melontarkan pertanyaan menarik kepada Anies. 

“Bagaimana Pak Anies bisa meyakinkan orang-orang Kristen bahwa mereka akan aman kalau Pak Anies jadi presiden,” tanya wartawan yang mengaku pengelola Majalah Gloria itu.

Anies Baswedan minta orang-orang Kristen di Surabaya mengkonfirmasi langsung kepada orang-orang Kristen yang tinggal di Jakarta. Apakah saat dirinya menjabat gubernur DKI ada perlakuan berbeda terhadap mereka.

“Penjelasan mereka akan lebih obyektif,” kata Anies sembari minta agar semua pihak menghentikan hoax. (MMA)

Lihat juga video 'Sejumlah Pemuda di Pasuruan Dukung Muhaimin Maju Calon Presiden 2024':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO