AMUNTAI, BANGSAONLINE.com – Warga NU terkejut mendengar acara Konferensi Wilayah Nahdlatul Ulama (Konferwil NU) Kalimantan Selatan (Kalsel) dihentikan secara mendadak. Padahal Konferwil NU yang berlangsung di Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah (Rakha) Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Kalsel itu baru saja dibuka oleh Ketua PBNU, Prof KH Muhammad Mukri.
Hanya berselang beberapa jam dari pembukaan itu PBNU menginstruksikan agar Konferwil NU Kalsel itu dihentikan. Penghentian itu dilakukan PBNU saat sidang pleno terkait pengumpulan nama-nama untuk Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) pada Jumat (9/6/2023) malam sekitar jam 21.00 wita atau jam 9 malam.
Baca Juga: Dampingi Megawati Ziarah ke Makam Bung Karno, Hasto Wajibkan Kader Dukung Risma-Gus Hans
Karuan saja para kiai dan pengurus NU yang datang dari berbagai kabupaten dan kota di Kalsel itu bingung.
Yang menarik, muncul isu bahwa Konferwil NU Kalsel itu dihentikan sampai usai Pemilu 2024. Para wartawan yang mencari kejelasan alasan penghentian Konferwil NU itu tak ada yang berhasil.
Ketua Pelaksana Konferwil PWNU Kalsel, Berry Nahdian Furqon, kepada para wartawan menjelaskan bahwa Prof Dr KH Mukri, dan salah satu Wakil Sekjen PBNU, Gus Salahuddin, menunda Konferensi Wilayah Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan.
Baca Juga: Demi Perjuangan Kiai Fawaid, Kader Tulen PPP Daftar Bacawabup Pilkada Situbondo 2024
KH Muhammad Ramli, Rais Syurian PWNU Kalsel. Foto: Jejakbanua.com
Alasannya, setelah menelaah proses Konferwil ternyata ada item yang belum memenuhi syarat untuk dilanjutkan. “Jika Konferwil ini tetap dipaksakan dan dilanjutkan, toh hasilnya tak akan diakui sebagai keputusan sebuah konferensi, maka PBNU memutuskan untuk menunda,” kata Berry yang juga Sekretaris PWNU Kalsel, dikutip Radarbanjarmasin, Sabtu (10/6/2023).
Baca Juga: DPC PDIP Kabupaten Kediri Bagikan Bingkisan ke Pengurus PAC dan Ranting
Salah satu agenda penting Konferwil NU adalah pemilihan Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziyah PWNU Kalsel. Ini memang agenda yang paling seru.
Apalagi kandidat Ketua Tanfidziyah itu para politisi. Selama ini ketua PWNU Kalsel dijabat politisi PDIP, Dr Abdul Hasib Salim. Ia anggota DPRD Provinsi Kalsel dari Fraksi PDIP.
Saat Abdul Hasib Salim ditetapkan sebagai ketua PWNU Kalsel secara definitif (sebelumnya dijabat Plt) masyarakat sempat kaget, terutama warga NU. Bahkan media di Kalsel menulis, baru kali ini ada kader PDIP jadi ketua NU.
Baca Juga: Ketua PDIP Kabupaten Kediri Bantah Peserta Aksi Demo di Kantor DPC adalah Kadernya
“Untuk pertama kalinya, NU dipimpin oleh partai yang tidak ada hubungan emosional maupun historikal sama sekali dengan NU,” tulis jejakprofil.com, media di Kalsel.
Dr Abdul Hasib Salim, Ketua PWNU Kalsel.
Baca Juga: Sri Untari Dorong Kader Partai Lebih Berdaya Ekonomi Lewat Koperasi
Media itu melanjutkan bahwa PDIP adalah partai nasionalis yang dirikan pada 10 Januari 1973. PDIP merupakan penggabungan dari beberapa partai, antara lain Partai PNI, Partai MURBA, IPKI, Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan Partai Katolik.
Media tersebut menyebut bahwa ditetapkannya Abdul Hasib Salim sebagai ketua PWNU Kalsel tak lepas dari konflik politik Mardani Maming dengan Haji Isam dalam Pilbup Tanah Bumbu.
Mardani Maming kemudian menjadi Bendahara Umum PBNU. Tapi dipenjara karena terlibat korupsi saat menjabat Bupati Tanah Bumbu.
Baca Juga: Peringati HUT ke-49, Bendahara PDIP Gresik Pimpin Upacara
Nah, Dr Abdul Hasib ini kini maju lagi sebagai kandidat Ketua PWNU Kalsel. Namun ia tak sendirian. Muncul seorang penantang yang sangat tangguh, yaitu Syaifullah Tamliha. Selain kader Idham Chalid, Syaifullah Tamliha adalah aktivis PB PMII era Cak Imin. Ia sekarang anggota DPR RI dari Fraksi PPP.
Munculnya Syaifullah Tamliha tampaknya mengagetkan banyak pihak. Apalagi sebelum Konferwil tak ada calon kuat yang bisa menandingi Abdul Hasib.
Syaifullah Tamliha maju “satu paket” dengan Dr KH Muhammad Husen, M.Ag, calon Rais Syuriah yang cukup kuat.
Baca Juga: HUT PDIP ke-49, Bupati Kediri Ajak Kader Lakukan Langkah Ini
Syaifullah Tamliha (kiri) dan Dr KH Muhammad Husein, M.Ag (kanan, berkalung ID card panitia
Seorang peserta Konferwil menuturkan bahwa Dr KH Muhammad Husein, M.Ag telah mengantongi 11 rekomendasi tertulis dari PCNU yang 15 suara yang akan menentukan pilihan.
“Ada 11 rekomendasi dari cabang dan rekomendasi tersebut mengungguli KH Muhammad Ramli yang infonya hanya mendapatkan 5 rekomendasi yang merupakan Rais Syuriyah pengurus yang saat ini,” tuturnya. Kiai Muhammad Ramli adalah Rais Syuriah incumbent.
Syaifullah Tamliha juga mengakui bahwa Kii Muhammad Husein mendapat 11 PCNU. “Setahu saya, untuk Ahwa itu, 11 PC NU bersepakat menulis satu nama yakni Dr. KH. Muhammad Husein Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Banjar sebagai Rais Syuriah PW NU Kalsel, kalau saya kan mencalonkan diri sebagai ketua tanfidziah,” kata Syaifullah Tamliha.
Ia tak ambil pusing dengan penundaan Konferwil NU Kalsel. “Ya, saya ikuti semua apa yang menjadi kewenangan PB NU, seperti menghentikan konferwil maupun melaksanakan kembali nantinya, meskipun batas waktu yang belum ditentukan, bahkan mungkin saja setelah Pemilu 2024,” kata Syaifullah Tamliha dikutip baritopost.co.id.
Ia bertekad akan membawa NU maju dan modern. “Dahulu NU itu dianggap kaum pinggiran, saya bertekad membawanya ke tengah perkotaan, saya yang memulainya dan PWNU harus jadi pelopor serta PCNU di Kalsel ini harus bisa lebih sejahtera lagi,” kata Syaifullah Tamliha.
Ia tampak santai. “Kita ikuti permainan PBNU,” tambahnya. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News