MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati, tak dapat menyembunyikan kegembiraannya setelah Museum Rekor Indonesia (Muri) menobatkan Tarian Bedoyo Putri Mojosakti masuk ke dalam daftar pemecah rekor di tanah air.
Senyum perempuan pertama yang memimpin Kabupaten Mojokerto itu tak henti mengembang setelah menerima penghargaan tersebut di depan 509 penari, termasuk dirinya beserta ratusan masyarakat yang hadir dalam Majafest 2023.
Baca Juga: Pengucapan Sumpah/Janji Tahap Kedua Pimpinan DPRD Kabupaten Mojokerto Periode 2024-2029
Jajaran Forkopimda Kabupaten Mojokerto menjadi saksi pencatatan prestasi even kolosal yang berlangsung di Lapangan Pacing, Kecamatan Bangsal, pada 3-5 Agustus 2023. Demikian dengan ribuan masyarakat yang hadir dalam momen tahunan itu.
"Mewakili Direktur Muri, Bapak Jaya Suprana, maka hari ini kami mengumumkan sekaligus mengesahkan bahwa pagelaran Tari Bedoyo Putri Mojosakti oleh penari terbanyak sebanyak 509 peserta resmi masuk Museum Rekor Indonesia. Sebagai rekor yang ke 11.102," kata Sri Windawati dari Muri, Jumat (4/8/2023).
Muri juga mengapresiasi dari pagelaran pentas seni yang menampilkan tourism, budaya dan ekonomi kreatif (ekraf) bertajuk Harmoni Nusantara itu.
Baca Juga: Pemkab Mojokerto Kebut Pembangunan Jembatan
"Kami sampaikan di sini bahwa ini adalah hasil ciptaan resmi dari penduduk atau guru dari Mojokerto yang mengangkat kearifan lokal. Sehingga, ini tidak hanya dicatat sebagai rekor nasional namun dikukuhkan sebagai rekor dunia," imbuhnya.
Atas prestasi itu, pihaknya menganugerahkan piagam penghargaan Muri kepada pemrakarsa dan penyelenggara yaitu Pemkab Mojokerto. Dalam pencatatan Muri, bupati turut menari bersama para penari dari 21 SMAN/SMKN tersebut.
Dengan gemulai, bupati menari bersama Ketua DPRD Kabupaten Mojokerto, Ayni Zuroh, dan Kajari Kabupaten Mojokerto, Sulvia Triana Hapsari. Filosofi Tarian Bedoyo Putri Mojosakti mengisahkan Putri Kerajaan Majapahit tidak perlu menggunakan kesaktian dan panah.
Baca Juga: Polres Mojokerto Kota Tangkap Buron Penganiayaan
Tarian ini menceritakan putri-putri di Majapahit, tidak perlu memakai kesaktian seperti memanah untuk membuat perubahan. Cukup dengan cara pikiran saja. Pecahnya rekor Muri tarian ini disambut antusias oleh bupati.
Dalam sambutannya ia menyebut tarian ini adalah upaya Pemkab Mojokerto untuk melestarikan budaya Kabupaten yang tidak pernah lepas dari peninggalan Kerajaan Majapahit.
"Bagaimana siswi SMA/SMK Kabupaten Mojokerto menarikan bersama-sama Tari Bedoyo Putri yang maknanya seorang perempuan yang melaksanakan untuk memainkan dua peran sekaligus tetapi dua-duanya bisa terlaksana dengan baik," tuturnya.
Baca Juga: Gus Barra dan Kiai Asep Borong Dagangan, Pedagang Pasar Kutorejo Bersyukur dan Mantap Pilih Mubarok
Menurut penuturan bupati, sebagai seorang pemimpin tidak melepaskan kodratnya sebagai seorang perempuan yang bertanggung jawab dalam rumah tangganya masing-masing.
"Sekali lagi mudah-mudahan ini menjadi berkah. Bagaimana Kabupaten Mojokerto sebagai pusat Kerajaan Majapahit kita bersama hal ini menggambarkan bagaimana budaya tidak lepas dari peninggalan Kerajaan Majapahit. Tetap menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari," ucapnya.
"Kalau Banyuwangi punya Gandrung Sewu, kali ini Kabupaten Mojokerto punya Bedoyo Putri Mojosakti, mudah-mudahan di masa yang akan datang dalam waktu yang tidak terlalu lama kita akan kembali menarikan dengan minimal dari sejumlah 1000 orang akan melibatkan lebih banyak orang," janjinya.
Baca Juga: Respons Kasus 92.000 BPJS Warga Dinonaktifkan, Kiai Asep: Datang ke Puskesmas Cukup Bawa KTP
Bupati berharap pencatatan rekor Muri ini akan diketahui banyak pihak.
"Untuk teman-teman insan pers semua terima kasih, karena njenengan semua bisa menyampaikan berita ini ke Mojokerto, Jawa Timur, bahkan Indonesia bahwa di Kabupaten Mojokerto kita berupaya kita memecahkan rekor Muri tari Bedoyo Putri Mojosakti," pungkasnya. (yep/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News