JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Calon Presiden Prabowo Subianto tampaknya mengalami dilema politik cukup besar. Strategi politik “mengekor Jokowi” ternyata tak otomatis menguntungkan secara elektabilitas.
Kenapa? Karena pendukung utama Prabowo - yang selama ini sangat fanatik - ternyata hengkang. Mereka lari ke Anies Baswedan. Contoh Habib Rizieq Shihab. Tokoh FPI ini sekarang mendukung Anies Baswedan. Begitu juga tokoh-tokoh lainnya.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Prabowo sejatinya sadar bahwa pendukung setianya sudah pindah ke pelukan Capres lain, terutama Anies Baswedan. Dalam pidatonya di berbagai tempat Prabowo mengaku memaklumi bahwa para pendukungnya sangat kecewa karena dirinya merapat ke Jokowi. Tapi Prabowo yakin bahwa keputusan politiknya itu sudah tepat.
Prabowo memang berharap mendapat dukungan relawan atau loyalis Jokowi. Tapi para relawan Jokowi pun tak utuh. Bahkan pecah secara ekstrem. Jadi dua kubu. Ada yang mendukung Prabowo dan ada yang mendukung Ganjar Pranowo.
Contoh Projo. Ada Projo versi Budi Arie Setiadi. Yang masih mendukung Jokowi. Yang otomatis mendukung Prabowo. Ada juga Projo Ganjar yang dipimpin Haposan Situmorang. Bahkan tiga DPC Projo yang dipimpin Budi Arie langsung hengkang tak lama setelah Rakernas Projo mendukung Prabowo. Yaitu DPC Projo Jakarta Utara, Selatan dan Timur.
Baca Juga: Laporkan Fufufafa dan Esemka ke Layanan "Lapor Mas Wapres", Pakar Forensik Ini Kecewa, Kenapa
Kini Prabowo makin dilematis ketika media memberitakan bahwa ia disebut-sebut akan menggandeng Gibran Rakabuming Raka – putra Jokowi – sebagai calon wakil presiden (Cawapres). Tentu jika Mahkamah Konstitusi (MK) meloloskan gugatan PSI soal batasan usia Capres-Cawapres, dari minimal 40 tahun, menjadi 35 tahun atau di bawahnya.
Maka, para tokoh nasional pun langsung bereaksi. Mereka menggalang dukungan untuk melawan politik dinasti dan oligarki yang sedang dibangun Jokowi. Goenawan Mohammad – seperti diberitakan BANGSAONLINE – langsung menebarkan keterangan tertulis yang intinya mengajak para tokoh nasional untuk menghadang nepotisme politik Jokowi.
“Jika nanti Prabowo-Gibran/Jokowi menang, kita dan generasi anak kita akan mewarisi kehidupan politik yang terbiasa culas, nepotisme yang menghina kepatutan, lembaga hukum yang melayani kekuasaan,” tulis GM – panggilan akrab Goenawan Mohamad.
Baca Juga: Saluran Pengaduan Ala Gibran, Manuver Politik yang Bumerang
”Saya bertekad mengalahkan dan menggagalkan sandiwara ini,” tambah GM.
Budayawan kondang itu mengaku semula akan pasif. “Tadinya saya mau pasif, hanya melukis dan menulis, golput. Tapi yang dipertaruhkan pilpres 2024 begitu besar – sebuah tanah air, sejumlah nilai-nilai kebaikan, sebuah generasi baru yang berjuta-juta. Saya putuskan untuk – dalam usia lanjut ini – ikut mereka yang melawan untuk perbaikan,” tulis GM yang juga dikenal sebagai tokoh pers, penyair dan kolumnis.
Bagaimana endingnya? Kita tunggu keputusan MK Senin (16/10/2023) besok.
Baca Juga: Prabowo ke China Bawa Tommy Winata dan Prayogo Pangestu, Siapa Dua Taipan Itu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News