Perubahan adalah Sunnatullah

Perubahan adalah Sunnatullah Rosdiansyah, peneliti di Surabaya.

Oleh: Rosdiansyah

Dalam sejarah umat manusia, merupakan jalan menuju perbaikan serta kemajuan. Utamanya, untuk membangun peradaban yang unggul. Tanpa , itu artinya selalu ingin berada dalam kondisi statusquo, tanpa kemajuan apalagi bertujuan membangun peradaban.

Baca Juga: Ketua DPRD Pasuruan Support Penuh Persekabpas untuk Terus Menang di Liga Nusantara

Oleh karena itu, sejarah kemanusiaan mustahil mengabaikan . Mereka yang hendak tetap di zona nyaman tentu alergi bahkan resisten pada . Mereka ini tak mau berubah. Mereka ingin tetap status-quo, menggarong APBN, menyedot sumber daya alam (SDA), mempermainkan aturan, menginjak harkat dan martabat rakyat banyak. Karena dengan melakukan semua itu, para elit status quo bisa hidup nyaman.

Kenyamanan segelintir orang yang telah mengakibatkan kebobrokan termasuk kerusakan sistemik serta masif berdampak langsung pada keseharian warga biasa. Contohnya, harga beras tinggi, maka butuh . Pupuk langka untuk petani, perlu . Lapangan kerja tambah sulit, kudu ada . Perubahan menjadi kata kunci bagi warga kebanyakan agar bisa merasakan hidup nyaman.

Keinginan untuk berubah bukan keinginan personal. Itu keinginan kolektif. Keinginan bersama, demi masa depan anak cucu yang lebih baik. Warga biasa yang menyadari perlunya sudah kian meluas. Mereka merasakan sendiri betapa hidup sehari-hari kian sulit memenuhi kebutuhan pokok. Ketika seorang penjual tempe di Pasar Soponyono Rungkut ditanya, kenapa harga tempe merambat mahal. Ia menjawab, harga kedelai saat ini mahal. Akibatnya, irisan tempe kian tipis di rumah, begitupula tempe goreng penjual di jalanan.

Baca Juga: Peringatan Harkodia di Pasuruan, Pj Gubernur Jatim Tekankan Pilar Utama Pencegahan Korupsi

Itu bukan dramatisasi. Itu bukan fiksi. Itu contoh fakta sehari-hari, bahwa dibutuhkan siapapun. Siapa saja yang sadar dan peduli masa depan kebutuhan sehari-hari, ia sudah semestinya gabung ke arus . Jika tidak, maka hanya menjadi gunjingan saja minus aksi nyata di lapangan. Oleh karena itu, perlu keterlibatan semua warga masyarakat yang kini sudah merasakan hidup kian sulit.

Maka, momentum adalah momentum bersejarah. Setiap babak sejarah selalu diawali dengan . Itu panggilan profetik kepada aktor-aktor . Sebaliknya, mereka yang anti adalah elit zona nyaman yang dalam sejarah kenabian selalu beraneka wujud. Ada Raja Namrud. Ada Jalut. Ada Abu Jahal. Dan masih banyak lagi. Mereka itu elit zona status quo yang menjadi lawan rakyat biasa rindu .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Penuhi Air Bersih Warga, Pemdes Krandegan Sukseskan Program SPAM dari PUPR':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO