SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Ajaran radikalisme, upaya intoleransi, dan terorisme dapat mempengaruhi masyarakat melalui kesempatan apa saja. Termasuk paling mudah adalah dengan penyebaran informasi di media sosial.
Bahkan, Densus 88 Antiteror Polri pernah mengindikasi media sosial (medsos) merupakan sarana yang subur bagi penyebaran radikalisme, intoleransansi, dan terorisme di Indonesia. Medsos dapat mengubah karakter seseorang dalam waktu singkat.
Baca Juga: Kasi Humas Polresta Sidoarjo Beri Kuliah Umum Strategi Kehumasan Masa Pilkada 2024
Hal itu disampaikan Kasi Humas Polresta Sidoarjo Iptu Tri Novi Handono dalam kesempatan ngobrol bareng netizen dan pegiat media sosial di Sidoarjo, Kamis (30/11/2023).
Ia mengungkapkan pihak Cyber Polri kerap kali menemukan informasi di medsos yang dimanfaatkan untuk penyebaran radikalisme, intoleransi, dan terorisme.
Menurut dia, seseorang dengan mudah menemukan ajaran-ajaran tentang panduan bom bunuh diri atau mati syahid serta ajaran radikal lain di medsos.
Baca Juga: Direksi dan Karyawan Sekar Laut Sidoarjo Kompak Dukung Khofifah, Disebut Cagub Paling Ngayomi
Tri Novi mencontohkan, di Indonesia pernah ada satu keluarga yang rela untuk jadi pelaku bom bunuh diri karena mengikuti kajian-kajian di medsos, seperti yang terjadi di kota besar di Indonesia beberapa tahun silam.
“Karena dampak dan pengaruh negatif di medsos seperti ajaran-ajaran radikalisme, intoleransi, dan terorisme, kami mengajak para netizen dan pegiat medsos untuk bersama menangkal paham yang bertentangan dengan Pancasila tersebut,” tegas Tri Novi Handono.
Polresta Sidoarjo bersama netizen terus bekerja sama mengedukasi masyarakat, khususnya para netizen agar lebih bijak dalam penggunaan media sosial.
Baca Juga: Satlantas Polresta Sidoarjo Tanamkan Budaya Tertib Lalu Lintas Sejak Dini
“Baiknya saringlah informasi yang kurang tepat, sebelum di sharing ke publik atau pengguna medsos lain,” lanjutnya. (cat/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News