PWNU-PCNU Akui, Jika Dukung Prabowo-Gibran Tak Ada Landasan Fiqh dan Tak Ada Bau NU

PWNU-PCNU Akui, Jika Dukung Prabowo-Gibran Tak Ada Landasan Fiqh dan Tak Ada Bau NU Prof Dr Nadirsyah Hosen (Gus Nadir).

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Para kiai sepuh di jajaran Rais Syuriah PWNU dan PCNU mengakui terus terang, jika mereka mendukung Calon Presiden Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tak menemukan landasan fiqh yang bisa dijadikan dalil. Bahkan Prabowo-Gibran juga tak ada bau NU-nya. Padahal dalam tradisi NU setiap mengeluarkan keputusan, termasuk politik, selalu dilandaskan pada fiqh.

Hal itu diungkapkan Prof Dr Nadirsyah Hosen, Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Australia dan New Zealand periode 2021-2023 dalam video yang kini beredar luas.

Baca Juga: Rais Aam PBNU Ngunduh Mantu dengan Pemangku Pendidikan Elit dan Tim Ahli Senior di BNPT

“Kalau NU mengeluarkan keputusan, secara politik atau apapun namanya, selalu ada landasan fiqhnya. Itu khas (NU),” tegas Prof Dr Nadirsyah Hosen. Gus Nadir – panggilan akrab Prof Dr Nadirsyah Hosen – dalam rekaman video yang kini beredar luas.

Gus Nadir sengaja mengungkap kegalauan para kiai sepuh itu ke publik menyusul pertemuan dengan Rais Syuriah dan Ketua PWNU serta PCNU se-Indonesia di Hotel Bumi Surabaya Jalan Jenderal Basuki Rachmat Surabaya belum lama ini. Menurut Gus Nadir, dalam pertemuan yang dihadiri Rais Aam Syuriah KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum KH Yahya Cholil Staquf itu ada dawuh atau instruksi agar PWNU dan PCNU mendukung 02 alias Prabowo-Gibran.

Gus Nadir mengaku telah bertanya pada sejumlah para kiai sepuh (Rais Syuriah) yang hadir dalam pertemuan dengan itu tentang landasan fiqhnya. Tapi mereka, kata Gus Nadir, juga mengaku tak menemukan landasan fiqhnya kenapa harus mendukung Prabowo dan Gibran.

Baca Juga: Hari Santri Nasional 2024, PCNU Gelar Drama Kolosal Resolusi Jihad di Tugu Pahlawan Surabaya

“Kami juga tak menemukan landasan fiqhnya, kenapa harus mendukung 02,” kata Gus Nadir menirukan jawaban para kiai sepuh itu.

Bahkan, tegas Gus Nadir, para kiai sepuh itu juga mengatakan tak ada representasi NU dalam diri Prabowo dan Gibran. 

“Yang 02 (Prabowo-Gibran) itu tak ada bau NU-nya. Yang ada bau NU-nya 01 dan 03,” tegas Gus Nadir. Yang dimaksud 01 adalah Anies-Muhaimin, sedang 03 adalah Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Baca Juga: Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali

“Kenapa tidak memprioitaskan 01 dan 03. Di 01 ada Cak Imin, cucu dzuriah pendiri NU, Kiai Bisri Syansuri. Di 03 ada Prof Mahfud MD, sahabat Gus Dur. Kalau Prabowo-Gibran kan memang bukan tradisinya. Itu menjadi pertanyaan,” tegas Gus Nadir.

Menurut dia, kalau toh para kiai NU harus mendukung 01 atau 03 juga tetap harus ada landasan fiqihnya. “(Harus) tetap ada landasan fiqihnya yang disodorkan,” kata Gus Nadir.

Apalagi Prabowo dan Gibran yang memang tidak ada tradisi NU-nya. “Landasan fiqh ini yang harus dijelaskan agar tak menyulitkan para kiai untuk menjelaskan pada umat,” tegas Gus Nadir.

Baca Juga: Tembakan Gus Yahya pada Cak Imin Mengenai Ruang Kosong

Karena itu Gus Nadir mengaku telah matur (minta izin) kepada para kiai sepuh untuk menggulirkan apa yang ia sebut “mari kita kembali menjaga kembali marwah NU”.

“Harus ada suara-suara lain yang didengar publik bahwa NU itu tidak semuanya mendukung paslon tertentu. Harus ada suara-suara yang didengar oleh elemen bangsa lain bahwa ada (warga) NU diluar struktur secara masif ingin memainkan politik kebangsaan. Bukan politik kekuasaan, “ tegas Gus Ndir.

“Orang bertanya apa sih yang didapat . Konsesi-konsesi politik apa? Betulkah rumor yang ada bahwa NU akan dapat tambang? (NU) ditukar dengan politik kekuasaan, bukan politik kebangsaan dan menggadaikan marwah NU, misal. Kalau itu benar ya,” lanjut Gus Nadir.

Baca Juga: Respons Hotib Marzuki soal Polemik PKB-PBNU

Dosen hukum Unversitas Monash Ausrtralia itu juga mengaku heran dengan sikap yang tidak konsisten. “Kenapa sih retorikanya netral, ternyata tidak netral,: tegasnya.

Seperti diberitakan BANGSAONLINE, beberapa hari ini Gus Nadir telah membuat para kiai dan warga NU heboh. Gus Nadir mengungkap ke publik pertemuan Rais Aam Syuriah KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum KH Yahya Cholil Staquf dengan para Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziah PWNU dan PCNU seluruh Indonesia di Hotel Bumi Surabaya Jalan Jenderal Basuki Rachmat Surabaya. Dalam pertemuan itu , tegas Gus Nadir, ada dawuh atau insruksi agar PWNU dan PCNU mendukung paslon 02 atau Prabowo-Gibran. Gus Nadir tidak hadir dalam pertemuan itu. Tapi mendapat informasi dari sejumlah kiai sepuh (Rais Syuriah) yang hadir dalam acara pertemuan itu.

Gus Nadir sangat menyayangkan, karena ke publik beretorika netral, tapi dalam praktiknya menggerakkan struktur organisasi NU secara masif untuk mendukung calon presiden (Capres) Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Gibran Rakabuming Raka.

Baca Juga: Prof Kiai Imam Ghazali: Klaim Habib Luthfi tentang Kakeknya Pendiri NU Menyesatkan

“Nah, ternyata belakangan ini () makin parah,” tegas Gus Nadir dalam wawancara dengan Puthut EA yang videonya kini beredar luas.

“Retorika di luar adalah netral. Tapi ternyata lain di mulut, lain di pertemuan itu,” kata Gus Nadir yang aktif menjadi pengajar di Universitas Monash Australia dan menulis banyak buku, termasuk buku-buku fiqh.

Namun setelah informasi pertemuan itu meluas Gus Yahya membantah. "Yang dikatakan Pak Nadirsyah itu saya kira prasangka saja, karena ndak ada kenyataannya, dan ndak ada bukti apapun bahwa itu terjadi," kata Gus Yahya dalam acara Konferensi Pers usai menerima kunjungan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi di Gedung lantai 1, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (18/1/2024).

Baca Juga: PBNU Lantik 669 Pengurus Anak Ranting PCNU Situbondo Berbasis Masjid

Dia menegaskan bahwa prasangka tidak bisa dijadikan pegangan. "Saya kira itu prasangka saja. Prasangka itu tidak bisa jadi pegangan," tegas Gus Yahya dikutip NU Online.

Menurut Gus Yahya, parameter NU jelas, baik secara lembaga, maupun secara keorganisasian, yakni tidak terlibat di dalam kampanye atau dukung-mendukung capres-cawapres. Tapi secara personal, tak bisa menghalangi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO