GRESIK, BANGSAONLINE.com - PT PG (Petrokimia Gresik) meski menyadari ancaman ekonomi yang sulit saat ini, sehingga penjualan pupuk terancam lesu, dan adanya rencana pemerintah yang akan mencabut subsidi pupuk, tidak menyurutkan tekad untuk membangun pabrik baru. Kali ini, pabrik yang akan dibangun pabrik pemroduksi pupuk terlengkap di Indonesia ini adalah pabrik amoniak-urea II. Sebab, pembangunan pabrik itu sudah ditanggung oleh beberapa konsorsium.
Tidak tangung-tanggung, investasi yang dikeluarkan PG untuk membangun pabrik baru tersebut sangat besar, mencapai 661 juta USD atau sekitar Rp 8,7 triliun (dengan asumsi kusr dollar Rp 13.300).
Menurut Direktur Utama PT PG, Hidayat Nyakman, pembangunan pabrik amoniak-urea II sebesar Rp 8,7 triliun, merupakan dana pinjaman perbankan. Sisanya, 30 persen, menggunakan dana internal PG. "Kami pinjam ke beberapa bank untuk pembangunan pabrik amoniak-urea II," katanya, Selasa (28/7).
Ditegaskan Nyakman, bahwa plafon kredit yang diperoleh PG untuk membangun pabrik tersebut didapatkan dari beberapa bank. Di antaranya, BNI sebesar Rp 3,289 triliun, Bank SMBI (Sumitomo Mitsui Indonesia) sebesar Rp 1,5 triliun. Sehingga, plafon kredit yang didapatkan sebesar Rp 4,789 triliun dan masih ada sisa kebutuhan pinjaman sebesar Rp 1,3 triliun. "Sisa kebutuhan kredit itu akan dipenuhi dari pinjaman bank lainnya," sambungnya.
Nyakman menjelaskan jika PG telah menandatangani kontrak pembangunan proyek amoniak-urea II ini dengan pemenang tender, konsorsium Wuhuan Engineering dan PT Adhi Karya (Persero) pada Desember 2014.
Ditambahkan Nyakman, keberadaan pabrik amoniak-urea II akan menjadi sangat strategis, karena PG akan mengurangi impor bahan baku pupuk. Selain itu, keberadaan pabrik pupuk baru nantinya akan bisa menghemat biaya pengangkutan impor amoniak dan urea berkisar Rp 330 miliar/tahun.
Baca Juga: Dirut Petrokimia Gresik Beberkan Program Transisi Energi 2024-2030 di Forum Internasional COP29
"Kami optimis keberadaan pabrik baru ini akan mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Sedangkan penghematan yang timbul akan memerkuat struktur bisnis perusahaan, karena PG akan memiliki sumber daya lebih dalam meningkatkan daya saing, terlebih pada kompetisi global," pungkasnya. (hud/rvl)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News