BMKG Prediksi Awal Puasa Ramadhan 2024 di Indonesia akan Berbeda

BMKG Prediksi Awal Puasa Ramadhan 2024 di Indonesia akan Berbeda BMKG Prediksi Awal Puasa Ramadhan 2024 di Indonesia akan Berbeda. Foto: Ist

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika () menjelaskan bahwa terdapat kemungkinan perbedaan awal puasa Ramadhan 2024 di Indonesia antara pemerintah dan akan berbeda.

Himawan Widiyanto selaku Koordinator Bidang Tanda Waktu menjelaskan, keterlihatan hilal pada hari Minggu 10/3/2024 bertepatan dengan 29 syakban 1445 H masih sangat kecil.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Surabaya Hari ini Senin, 23 Desember 2024: Jam 4 Sore Diperkirakan Hujan Ringan

"Dari peta ketinggian hilal dapat dilihat bahwa keterlihatan hilal pada tanggal 10 Maret 2024 sangat kecil sekali dikarenakan ketinggiannya masih di bawah nol derajat," ujar Himawan.

Dikutip dari laporan yang disusun , ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada tanggal 10 Maret 2024 berkisar antara minus 0,33 derajat di Jayapura, Papua sampai 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatera Barat.

Tinggi hilal merupakan besar sudut yang dinyatakan dari posisi proyeksi Bulan di horizon atau ufuk. Apabila tandanya positif, diartikan hilal berada di atas horizon saat Matahari terbenam.

Baca Juga: Persiapan Nataru, Pj Zanariah Beri Arahan Dalam Rakor Operasi Lilin Semeru 2024 Kota Kediri

Adapun elongasi hilal di Indonesia pada tanggal 10 Maret 2024 tepatnya saat Matahari terbenam berkisar antara 1,64 derajat di Denpasar, Bali sampai 2,08 derajat di Jayapura.

Elongasi merupakan jarak sudut antara pusat piringan Bulan dengan pusat piringan Matahari yang diamati oleh pengamat di permukaan Bumi.

Himawan menjelaskan bahwa tinggi dan elongasi tersebut belum memenuhi kriteria baru sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Agama Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Baca Juga: Audiensi dengan BMKG, Pj Guberrnur Adhy: Jatim Mulai Modifikasi Cuaca hingga 22 Desember 2024

"Sangat tidak memenuhi. Kriteria MABIMS yang baru, ketinggian hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat," tutur Himawan.

Pada Senin 11 Maret 2024, ketinggian dan elongasi hilal sudah memenuhi kriteria baru MABIMS.

"Jika dilihat dari peta ketinggian hilal dan kriteria MABIMS yang baru, maka pemerintah akan menetapkan tanggal 1 Ramadhan 1445 H pada tanggal 12 Maret 2024," jelas Himawan.

Baca Juga: Di Pertemuan Strategis dengan Muhammadiyah, Menteri ATR/BPN Bahas Legalisasi Aset dan Pemanfaatannya

"Kita tunggu keputusan dari lembaga yang berhak memutuskan kapan tanggal 1 Ramadhan, yaitu dari Republik Indonesia," imbuhnya.

Adapun hasil perhitungan secara astronomis atau hisab hakiki wujudul hilal Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) berpandangan pada Minggu 29 Syakban 1445 H atau 10 Maret 2024, ijtimak menjelang Ramadhan telah terjadi pada pukul 16.07.42 WIB.

Ijtimak adalah saat berakhirnya Bulan lalu dan munculnya Bulan baru dalam penanggalan hijriah.

Baca Juga: Operasi Modifikasi Cuaca di Jawa Timur Sasar Perairan Madura

Menurut , tinggi Bulan saat Matahari terbenam di Yogyakarta dan banyak wilayah lainnya pada hari tersebut sudah berada di atas ufuk sehingga dapat menjadi penanda awal bulan.

Disisi lain, pemerintah melalui akan menetapkan 1 Ramadhan 1445 H setelah melakukan pemantauan hilal dan sidang isbat pada Minggu 10 Maret 2024.

(ans)

Baca Juga: Rawan Terjadi La Nina, Kepala BMKG Imbau Masyarakat Jatim Siaga Cuaca Ekstrem

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Mahasiswa Indonesia Bekerja Part Time Sebagai Petani di Jepang, Viral Karena Gajinya, ini Kisahnya':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO