JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Infrastruktur yang belum merata dikhawatirkan semakin menghambat penjualan mobil listrik di Indonesia.
"Kami dengan 40 perusahaan yang tergabung di Gaikindo, memang mudah saja memproduksi mobil listrik untuk konsumen di dalam negeri. Tapi, sekarang permasalahannya adalah infrastruktur terutama ada tidaknya charging station," kata Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Noegardjito di Surabaya, kemarin.
Baca Juga: Komitmen Wujudkan Hilirisasi Dalam Negeri, Antam Borong 30 Ton Emas Batangan Freeport
Ditambahkan, komitmen pemerintah diperlukan untuk merealisasikan mobil listrik. Salah satunya dalam meningkatkan jumlah dan perluasan infrastruktur penunjang mobil listrik. "Kondisi yang ada di Tanah Air perlu diupgrade. Apalagi, untuk mewujudkan charging station dibutuhkan data listrik yang besar," ujarnya.
Selain itu, diperlukan dana tidak sedikit guna membangun satu charging station. Contohnya, di Jepang dengan dukungan infrastruktur sangat bagus justru untuk satu alat charge mobil listrik membutuhkan investasi senilai Rp 60 juta.
"Kalau di Eropa, nilai investasinya bisa dipastikan lebih tinggi lagi. Kami harap pemerintah bisa mengantisipasi hal tersebut sehingga pengadaan mobil listrik secara massal di Indonesia bukan hal mustahil," katanya.
Baca Juga: Fungsi Kalkulator Forex Lanjutan: Melampaui Perhitungan Dasar
Dengan dukungan infrastruktur yang memadai, sambung Noegardjito, maka pengoperasian mobil berbahan bakar gas (BBG) bisa diwujudkan dengan baik. Kendati demikmian, mobil berbahan bakar gas memang sudah ada beberapa unit.
"Lagi-lagi pengguna mobil masih merasa kesulitan saat tiba-tiba gasnya habis di tengah jalan," katanya.
Di samping itu, produsen mobil tetap memberikan dukungan penuh terhadap realisasi mobil listrik dan gas. Komitmen tersebut juga akan diwujudkan dengan kesiapannya memproduksi komoditas itu.
Baca Juga: Freeport Dukung Transformasi Era Society 5.0 di 36 Sekolah
"Kami siap kapan pun pemerintah meminta untuk memproduksi mobil listrik maupun gas. Tapi, tolong beri waktu kami minimal satu tahun karena kegiatan produksi mobil tidak bisa mendadak," tukasnya (tar/sho)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News