MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Puncak Haul Akbar KH Moenasir Ali, salah satu tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU), berlangsung malam ini, Sabtu (9/3/2024), di Kompleks Baitul Munasir Pekukuhan Mojosari Mojokekrto, Jawa Timur.
Kiai Moenasir Ali bukan hanya tokoh besar NU. Tapi juga tokoh besar Indonesia terutama karena jasanya dalam perang kemerdekaan Republik Indonesia.u
Baca Juga: Digawangi Perempuan Muda NU, Aliansi Melati Putih se-Jatim Solid Menangkan Khofifah-Emil
Kiprah Kiai Moenasir di NU sangat besar dan panjang. Ia pernah menjabat sebagai salah satu Ketua PBNU. Ketika NU jadi partai politik ia menjabat Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Nahdlatul Ulama. Bahkan Kiai Moenasir juga salah satu deklator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Ia juga pernah menjabat Wakil Ketua DPR RI. Bahkan Kiai Moenasir juga pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan penggagas berdirinya Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama (NU). Yang terakhir ini adalah asosiasi pondok pesantren di bawah NU.
Baca Juga: Rais Aam PBNU Ngunduh Mantu dengan Pemangku Pendidikan Elit dan Tim Ahli Senior di BNPT
Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, jejak Kiai Moenasir sangat jelas. Ia tercatat sebagai salah satu dari 9 Panglima Perang Nahdlatul Ulama (NU). Kiai Moenasir juga tercatat sebagai Laskar Hizbullah dan Komandan Batalyon 39 Condromowo.
“Beliau (Kiai Moenasir) juga salah satu tokoh pendiri Kodam V/Brawijaya Jawa Timur,” kata Ir. H.M. Habibullah, MS, Sekretaris Yayasan Pendidikan Islam Dahlan Assyafi’i Mojokerto kepada BANGSAONLINE, Sabtu (9/3/2024) sore.
KH Moenasir Ali. Foto: detik.com
Baca Juga: Khofifah: Muhammadiyah Pilar Kemajuan Bangsa dan Umat
Gus Habibullah adalah keponakan Kiai Moenasir Ali yang kini aktif mengurus yayasannya.
Menurut Gus Habibullah, Keluarga Besar Bani Moenasir, selain menggelar haul akbar Kiai Moenasir juga menggelar haul untuk putranya, KH Muhammad Rozy Munir.
Kiai Rozy Munir juga tokoh NU. Semasa hidupnya ia aktif sebagai dosen Universitas Indonesia (UI).
Baca Juga: Panas! Saling Sindir soal Stunting hingga 'Kerpek' Catatan Warnai Debat Terakhir Pilbup Jombang 2024
Gus Habibullah menjelaskan bahwa haul malam ini adalah haul ke-22 untuk Kiai Moenasir dan haul ke-14 untuk Kiai Rozy Munir.
Rozy Munir pernah ditunjuk Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara Indonesia. Gus Dur juga menunjuk Rozy Munir sebagai Kepala Badan Koordinasi Penaman Modal.
Sementara pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Rozy Munir diangkat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Qatar.
Baca Juga: Lazisnu Surabaya Jadi Perantara Kebaikan
KIAI MOENASIR ALUMNUS PESANTREN TEBUIRENG
Mneurut Gus Habibullah, Kiai Moenasir mengawali perjuangannya dengan mendapat pelatihan militer dari penjajah Jepang di Cibarusah, Bekasi, Jawa Barat.
“Kala itu beliau (Kiai Moenasir) tergabung dalam Heiho, serdadu cadangan yang dibentuk Jepang untuk melawan tentara sekutu,” tuturnya seperti dikutip kabarmojokerto.id.
Baca Juga: Barisan Jawara Deklarasi Dukung Khofifah-Emil
Kiai Moenasir lalu bergabung dengan Laskar Hizbullah yang dibentuk 14 Oktober 1944. Saat itu usianya sekitar 25 tahun.
Menurut dia, Hizbullah dibentuk atas usulan KH Wahid Hasyim, putra pendiri NU sekaligus pendiri Pesantren Tebuireng, Jombang, Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari.
Baca Juga: Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan Jadi Tuan Rumah Monev Kanwil Jatim
Ir. H.M. Habibullah, MS,
“Pulang dari pelatihan militer di Cibarusah, beliau melatih anak buahnya di Hizbullah untuk perang, dilatih pendidikan militer. Sehingga ketika menjelang kemerdekaan beliau mempunyai pasukan. Sebelum dilatih Jepang, beliau sudah bergerilya berperang, tapi belum membentuk komunitas pasukan,” kata Gus Habibullah.
Masih menurut Gus Habbibullah, sebelum mengikuti pelatihan militer, Kiai Moenasir nyantri di Pesantren Tebuireng.
Baca Juga: Khofifah dan Eri Cahyadi Kompak Hadiri Ta’dzim Maulid Nabi Muhammad SAW di GBT
“Kiai Wahid Hasyim kemudian menjadikan Moenasir sebagai salah satu kader inti Madrasah Nidzomiyah,” katanya.
Karir militer Kiai Moenasir terdata secara administratif. Kiai Moenasir memiliki NRP 10512. Kiai yang selalu berpenampilan sederhana itu bahkan dikenal sebagai ahli perang gerilya.
Namun Kiai Moenasir tidak melanjutkan karir militernya. Ia memutuskan pensiun dini pada 31 Maret 1953 dengan pangkat mayor. Terakhir kali menjabat Danyon Condromowo di Gunungsari Surabaya.
Yang menarik, Kiai Moenasir sangat fasih berbasa Inggris dan Belanda.
“Beliau juga punya keahlian berbahasa Inggris dan Belanda yang didapat dari Pesantren Tebuireng ketika KH Wahid Hasyim mendirikan kelompok studi An Nidzomiyah khusus santri-santri senior dan pintar,” jelasnya.
Kiai Moenasir sangat akrab dengan KH Muhammad Yusuf Hasyim, putra bungsu Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy'ari. Tampaknya ini tak lepas dari peristiwa perang kemerdekaan RI yang sama-sama pejuang berbasis pesantren. Apalagi Kiai Moenasir adalah alumni Pesantren Tebuireng.
Selain itu Kiai Moenasir dan Kiai Yusuf Hasyim sama-sama aktif di NU. Dua tokoh Islam itu sama-sama pernah menjadi pengurus teras di PBNU.
Banyak acara digelar terkait haul Kiai Moenasir dan Kiai Rozy Munir. Antara lain Khususiyah dan Khotmil Quran bil Ghaib, Ngopi Santai, Tahlil Akbar dan Tabur Bunga, Dzikrul Ghafilin dan Pengajian Umum.
Lalu dipuncaki pengajian umum. “Nanti yang hadir Gus Abud,” tutur Gus Habibullah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News