CIGANJUR, BANGSAONLINE.com – Haul ke-15 Presiden RI ke-15 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) digelar di Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur dan Kompleks Al-Munawwaroh, Jalan Warung Silah 10, Ciganjur, Jakarta Selatan.
Di Pesantren Tebuireng Haul Gus Dur digelar pada Ahad (22/12/2024) malam. Sedangkan di Ciganjur digelar Sabtu (21/12/2924) malam.
Baca Juga: TNI-Polri Apresiasi Kesiapan Posko Nataru di Pelabuhan Tanjung Perak, Ini Kata Pj Gubernur Jatim
Salah satu jasa penting Gus Dur saat menjabat presiden RI adalah memisahkan institusi Polri dari TNI. Upaya itu tentu tak mudah. Penuh tantangan. Tapi Gus Dur dengan penuh keberanian tetap mengambil tindakan pemisahan itu untuk menegakkan demokrasi.
"Pada masa lalu, di bawah kekuasaan Orde Baru, tentara dan polisi berada dalam satu komando, yang memberikan potensi penyalahgunaan kekuasaan dan represi terhadap masyarakat," kata Zannuba Ariffah Chafsoh - akrab dipanggil Yenny Wahid - saat menyampaikan sambutan pada acara Haul k-15 Gus Dur di Kompleks Al-Munawwaroh, Jalan Warung Silah 10, Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12/2924).
Karena itu Gus Dur lalu mengambil langkah tegas dan berani. Ia memisahkan Polri dari TNI.
Baca Juga: Sarasehan HUT ke-76, Pataka Kodam V Brawijaya Dijamas 7 Sumber Mata Air Kerjaan Majapahit
“Gus Dur, dengan visi jernihnya, tahu bahwa untuk negara yang benar-benar demokratis, kita harus memastikan bahwa kepolisian menjadi institusi sipil yang berfungsi untuk melindungi rakyat, bukan sebagai alat kekuasaan yang menindas," kata putri Gus Dur yang mantan wartawan itu seperti dikutip CNN.
Namun Yenny tampak kecewa. Ia menyinggung sejumlah kasus yang melibatkan aparat kepolisian dalam beberapa waktu terakhir. Menurut dia kepolisian harus kembali ke fitrahnya sebagai pelindung masyarakat.
Yenny memuji TNI yang kini telah belajar dari masa lalu dan menerapkan disiplin untuk tidak cawe-cawe dalam politik. Bahkan, menurut dia, Prabowo Subianto terpilih melalui mekanisme demokrasi.
Baca Juga: Dukung KPN, Koramil 0827 Sumenep dan Poktan Indra Kila Gelar Gerakan Tanam Padi
Namun, kata dia, fenomena sebaliknya terjadi di Polri. Ia menyinggung banyak kasus yang melibatkan aparat kepolisian. Mulai dari penembakan siswa SMK di Semarang hingga penembakan warga sipil di Kalimantan Tengah.
"Polisi yang seharusnya melindungi rakyat justru menjadi ancaman di masyarakat. Gamma Rizkynata, siswa SMK 4 Semarang, Budiman Arisandi warga Palangkaraya, Haryono, saksi pelapor yang saat ini malah dijadikan tersangka. Kasus-kasus abuse of power terjadi di depan mata kita," tegas Yenny Wahid.
Yenny mengungkap Amnesti Internasional mencatat ada 116 kasus penganiayaan yang dilakukan oleh aparat polisi sepanjang 2024. Sebanyak 29 diantaranya adalah extra judicial killing atau pembunuhan diluar hukum.
Baca Juga: 1.298 Polisi Siap Amankan TPS saat Pilkada 2024 di Sidoarjo
"Saya ingin mengajak kita semua untuk merasakan sejenak apa yang Gus Dur rasakan, ketika ia melihat ketidakadilan, ketika ia melihat kebrutalan, ketika ia melihat masyarakat yang terabaikan dan tertindas. Bayangkanlah sejenak bagaimana perasaan kita jika kita berada di posisi mereka yang selalu dipinggirkan," pintanya.
Menurut dia, aparat kepolisian perlu diingatkan melakukan reformasi menyeluruh dalam lembaganya agar tidak lagi mudah menarik pelatuk pistol.
"Tugas kita bersama adalah mengembalikan polisi dan semua lembaga negara pada fitrahnya: menjadi pelindung rakyat, bukan pelindung kepentingan segelintir orang," ujar Yenny Wahid.
Baca Juga: Polsek Prajurit Kulon Ikuti Peluncuran Gugus Tugas Polri Mendukung Program Ketahanan Pangan
Haul Gus Dur kali ini bertema: Menajamkan Nurani, Membela yang Lemah. “Kenapa kita perlu selalu menajamkan nurani kita? Karena kita sama-sama tahu tatanan masyarakat serba terbalik. Yang benar kadang dianggap salah, yang keliru dibenarkan hanya karena diikuti banyak orang misalnya, ini oleh Gus Dur adalah sesuatu yang harus dikoreksi,” ujar Yenny Wahid.
Acara ini juga akan dimeriahkan oleh penampilan tarian tradisional dari Yayasan Disabilitas Produktivitas dan Mandiri (Disproman) serta dihadiri sejumlah tokoh nasional.
Para tokoh yang hadir, antara lain: Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa, Menteri Agama RI Nasaruddin Umar, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI Arifah Choiri Fauzi.
Baca Juga: Kapolri dan Panglima TNI Luncurkan Gugus Tugas Polri Mendukung Program Ketahanan Pangan di Sidoarjo
Juga hadir Gubernur DKI Jakarta terpilih Pramono Anung, Wakil Gubernur DKI terpilih Rano Karno, Mantan Menkopolhukam Mahfud MD, Pengasuh Pesantren Dar Al Tauhid Arjawinangun Cirebon KH Husein Muhammad, Seniman Sujiwo Tejo, Gus Azmi beserta Syubbanul Muslimin dan tokoh lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News