BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Para petani padi di bantaran Sungai Bengawan Solo Bojonegoro, benar-benar bahagia. Sebab, hasil panenan padi di musim kemarau tahun ini cukup bagus. Selain itu, harga jual gabahnya juga cukup mahal.
Jika pada musim penghujan beberapa bulan kemarin, petani hanya bisa menjual gabah dari sawah senilai Rp3.000 sampai Rp3.500, namun kini gabah petani itu dapat terjual senilai Rp4.600 hingga Rp5.000 per kilogramnya. Selain itu, rendemen (bobot) gabah juga cukup tinggi pada musim kemarau seperti ini.
Baca Juga: Tingkatkan Hasil Pertanian, Pemkab Bojonegoro Salurkan Bantuan Pupuk Subsidi dan Benih Padi
"Harga jual gabah dari sawah cukup tinggi. Selain itu sejak tanam hingga panen tidak ada penyakit, sehingga saat panen hasilnya cukup bagus," ungkap Muzaini, salah satu petani di Desa Semambung, Kecamatan Kanor, Bojonengoro, Selasa (22/9).
Hasil panenan padi pada musim kemarau tahun ini memang cukup bagus, bulir padi tampak mentas dan tidak ada gabah yang busung (tidak berisi). Ratusan desa yang tersebar di sejumlah Kecamatan di Bojonegoro, khususnya yang berada di bantaran Sungai Bengawan Solo sedang melakukan panen raya. Para petani melakukan tanam padi pada awal kemarau bulan Juni lalu.
"Rencananya usai panen kali ini para petani langsung akan menanami padi lagi, karena air di Bengawan Solo masih mencukupi," paparnya.
Baca Juga: Diguyur Hujan Deras, Tanaman Tembakau Ratusan Petani di Bojonegoro Tergenang Air dan Mati
Memang, hingga saat ini debit air sungai terpanjang di pulau jawa itu masih banyak. Diperkirakan debit air Bengawan Solo di Bojonegoro masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pertanian terutama tanaman padi, di sepanjang daerah bantaran dengan memanfaatkan mesin pompa.
"Kami sampai hari ini belum menerima laporan adanya petani yang tanaman padinya mengalami kekeringan, karena tidak bisa memperoleh air dari Bengawan Solo," kata Kasi Operasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Mucharom melalui telephon selularnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Bojonegoro Ahmad Djupari mengatakan, seluruh wilayah pertanian di Kota Ledre yang kini ditanami padi hanya sekitar 30%. Sementara itu wilayah yang tak ternami pada musim kemarau tahun ini kurang lebih sebanyak 60%. "Yang ditanami palawija hanya sekitar 10%. Itu pun saat ini sudah selesai panen, mulai jagung, kacang hijau dan kedelai," katanya.
Baca Juga: Di Bojonegoro, Tikus Laku Rp 2.000 Per Ekor
Ia menghimbau kepada para petani di wilayah bantaran Sungai Bengawan Solo yang akan menanam padi lagi untuk tidak menanam terlalu banyak. Sebab, biasanya pada pertengahan bulan Oktober hingga seterusnya hujan sudah mulai turun. Prediksi BMKG Jawa Timur juga menyebutkan jika akhir musim kemarau di Bojonegoro pada bulan akhir Oktober mendatang.
"Kalau sudah memasuki musim penghujan wilayah di bantaran Sungai Bengawan Solo rawan terjadi banjir. Sehingga petani perlu memperhatikan hal ini agar tidak mengalami kerugian saat tanamannya terendam banjir," pungkasnya. (nur/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News