![Buas! Teror Ajag di Pangandaran Bikin Trauma Peternak, BKSDA akan Petakan Pergerakan Buas! Teror Ajag di Pangandaran Bikin Trauma Peternak, BKSDA akan Petakan Pergerakan](/images/uploads/berita/700/3f7d2a49981f6575c8d5070bbfb27e93.jpg)
PANGANDARAN,BANGSAONLINE.com - Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, gempar setelah kawanan ajag (Cuon alpinus)—anjing hutan endemik Jawa—diduga menyerang 19 ekor domba warga dalam tiga gelombang serangan antara 21 Januari hingga 3 Februari 2025. Korban ditemukan dengan luka khas gigitan di leher dan organ dalam yang hilang, meninggalkan trauma bagi peternak.
Berdasarkan investigasi Dinas Pertanian Pangandaran, serangan pertama terjadi di Dusun Babakanjaya (21-25 Januari), dilanjutkan di Dusun Patrol (29 Januari dan 3 Februari). "Pola serangan mirip kejadian 2-3 tahun lalu.
Baca Juga: Pemkab Jember Bersama BKSDA Lepas Puluhan Satwa Liar ke Nusa Barong
"Ajag biasanya menyerang malam hari saat kandang gelap," ujar Deni Rakhmat, Kepala Bidang Peternakan setempat melansir Galamedia, Rabu (12/2/2025).
Upaya Warga yang Berujung Salah Sasaran
Resah akan kerugian ekonomi, sejumlah peternak nekat berpatroli dan menembak anjing liar menggunakan senapan angin. Sayangnya, aksi ini justru melukai anjing peliharaan warga. "Yang tertembak malah anjing kampung, bukan ajag. Kami minta warga lebih hati-hati," imbau kepala dusun setempat.
Kegagalan ini memicu evaluasi sistem keamanan kandang. Sebagian besar kandang domba di wilayah itu masih terbuka, minim penerangan, dan jauh dari permukiman—kondisi ideal bagi predator.
Ajag: Predator Dilindungi yang Terancam Punah
Baca Juga: Warga Keluhkan Tambak Udang Vaname Merusak Tanaman dan Laut, Bupati Hendy Janji Tertibkan
Di balik teror ini, ajag justru masuk daftar satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P20/2018.
Populasinya di Jawa dan Sumatra diperkirakan kurang dari 100 ekor, menjadikannya critically endangered.
Ahli ekologi menjelaskan, ajag berperan sebagai penyeimbang ekosistem dengan memburu hewan invasif seperti babi hutan. "Mereka bukan ancaman, tapi korban hilangnya habitat," tegas peneliti dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Konflik Manusia-Satwa: Mencari Titik Temu
Baca Juga: Jual Beli Satwa Liar dan Dilindungi Melalui Facebook Dibongkar Polda Jatim dan BKSDA
Warga seperti Kasoli (42) mengaku terjepit: "Kami butuh solusi, bukan sekadar larangan memburu ajag."
Dinas Pertanian pun menyarankan langkah teknis:
Memasang pagar kandang berlapis dan penerangan LED otomatis.
Membangun menara pengawas dekat kandang.
Melibatkan komunitas konservasi untuk pelatihan mitigasi konflik.
Sementara itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat berencana memasang kamera trail dan umpan GPS untuk memetakan pergerakan ajag.
"Kami juga akan edukasi warga tentang pentingnya ajag dalam ekosistem," tambah perwakilan BKSDA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News