![Tafsir Al-Anbiya Tafsir Al-Anbiya](/images/uploads/berita/700/e369133f948c60878edaf947a6ee3fb1.jpg)
Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie
Rubrik Tafsir Al-Quran Aktual ini diasuh oleh pakar tafsir Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir mumpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 83-84: Rahmah Minna dan Rahmah Min ‘Indina
Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Anbiya': 85-86. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca.
85. Wa ismā‘īla wa idrīsa wa żal-kifl(i), kullum minaṣ-ṣābirīn(a).
(Ingatlah pula) Ismail, Idris, dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang sabar.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 83-84: Sakit itu Rahmat
86. Wa adkhalnāhum fī raḥmatinā, innahum minaṣ-ṣāliḥīn(a).
Kami memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang saleh.
TAFSIR AKTUAL
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 83-84: Dhan Chux, Aduh, dan Allah
Sebelumnya telah dikisahkan beberapa nabi utusan Tuhan dengan berbagai spesifikasinya. Ada yang berperan sebagai hakim yang punya keterampilan memproduk baju besi untuk berperang, seperti Dawud A.S.
Bahkan gunung dan burung ikutan bertasbih bersamanya. Pibadi yang sangat menarik, karena suaranya super merdu dan menghipnotis.
Sedangkan putranya, Sulaiman A.S. selain sebagai utusan Tuhan yang dikaruniai kecerdasan super, beliau juga super kaya raya, merajai makhluk jagat raya. Mereka tunduk kepadanya. Baik dari kalangan manusia, jin, burung, dan lain-lain patuh terhadap perintahnya.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 83-84: Nabi Ayub A.S. Mengeluh?
Angin juga sebagai kendaraan angkasa, bak pesawat super jet pribadi, walau tanpa bahan bakar dan sistem navigasi.
Kemudian diunggah nabi Ayub A.S., seorang nabi terhormat, kaya dan ganteng, kemudian jatuh melarat, sakit parah, dan ditinggalkan semua yang dicintai.
Tidak saja umatnya yang meninggalkan, bahkan keluarga dekatnya. Tetapi Nabi Ayub bersabar dan terus tetap bersabar. Akhirnya, semua kehormatannya kembali seperti sedia kala.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 83-84: Berobat Jalur Langit dan Bumi
Dan, pada ayat kaji ini diunggah tiga nama nabi yang mempunyai reputasi penyabar dan sangat shalih, meski tidak sepopuler nabi-nabi tersebut di atas. Mereka adalah Ismail A.S., Idris A.S., dan Dzulkifli (Dzu al-Kifl).
Soal nabi Ismail A.S. sudah banyak kisah yang diketahui, betapa dia saat masih seorang anak usia 13 tahunan, sangat patuh kepada orang tuanya. Rela mengorbankan nyawanya demi memenuhi perintah Allah SWT melalui ayah kandungnya sendiri, Ibrahim A.S. Kisah kesalehan anak-bapak ini setiap Id al-Adha selalu menjadi topik utama.
Begitu halnya Nabi Idris A.S. yang dinobatkan sebagai nabi akademik dan terpelajar. Dialah orang pertama yang mengerti ilmu baca dan tulis. Bahkan sebagai penciptanya. Idris, dalam bahasa arab dekat dengan kata “darasa”, yang artinya belajar dan belajar. Tadarus Alqur’an, artinya membaca berulang. Khatam, mulai lagi. Khatam, memulai lagi.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 83-84: Nabi Ayub A.S., Sang Penyabar
Dia sekarang – katanya - berada di surga entah sampai kapan. Hal itu, selain takdir, karena kecerdasannya.
Diriwayatkan, ketika diperlihatkan surga, maka Nabi Idris A.S. memohon kepada malaikat yang mengantarnya untuk diizinkan masuk. Tentu saja malaikat tidak mengizini. Nego punya nego, akhirnya diizini hanya sebentar saja. Begitu sudah di dalam, tak mau keluar, keenakan. Allah a’lam.
Kini Dzulkifli. Siapa dia? Nabi atau orang shalih biasa?
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 81-82: Risiko Mempekerjakan Jin, Anda Mampu? Silakan
Soal ini diperdebatkan di dalam kitab-kitab tafsir. Pertama, dia sebagai orang shalih biasa. Nama aslinya Hizqil menurut satu riwayat dan itu diperdebatkan. Seorang laki-laki dari Bani Israil yang semula brutal, lalu mendadak menjadi shalih top.
Hizqil punya sifat sangat mulia, sosialnya tinggi dan selalu tampil di depan soal tolong-menolong antar sesama. Pokoknya mendengar ada orang butuh, dia mesti datang membantu. Bahkan menanggung utang orang lain, denda, dan lain.
“Kifl”, artinya “bagian, menanggung, bertanggung-jawab”. Sifat loyal menanggung beban sesama inilah yang menyebabkan dia viral berjuluk “Dzu al-Kifl”, Sang Penanggung.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 81-82: Titanic dan Nelayan Desa
Perkasa, ganteng, kaya, menyebabkan dia doyan maksiat, utamanya lampias seksual. Lama, dia mengincar seorang wanita molek menggiurkan, tetapi wanita tersebut tidak merespons.
Suatu ketika, dia berkesempatan mendekati dan langsung menyodorkan uang enam puluh dinar sembari merayu: “Layani saya, please...”.
Wanita itu menerima dan... merebahkan diri, mempersilakan Dzulkifli berbuat semaunya. Begitu dia menindih dan hendak mem-push up, wanita itu pucat buanget dan menangis.
Melihat keadaan demikian, Dzulkifli tertegun dan bertanya: "Kok menangis seperti ini? Why? Apa saya kurang ganteng, atau uang yang aku berikan kurang banyak?"
Dengan merintih wanita berkata: "Ini perbuatan apa? Demi Tuhan, tidak pernah terbersit di hatiku ada perbuatan mesum macam ini menimpa diriku. Ini dosa besar, tak sanggup aku menanggung di hadapan-Nya nanti. Ya Allah, Allah, aku melakukan ini sungguh karena terpaksa. Aku sangat lapar dan sangat butuh".
Mendengar rintihan tersebut, 'burung' Dzulkifli langsung mengkeret dan lunglai tak berdaya. Dia segera turun dan berkata: "Segera rapikan kembali bajumu dan pergilah. Pergilah, ambil uang itu".
Dzulkifli spontan bersumpah "Wa Allah, La a’shi Allah ba’daha abada. Demi Allah, mulai sekarang saya tidak akan pernah berbuat maksiat selamanya."
Seiring perjalanan waktu, Dzulkifli ditempa dengan amal ibadah dan kesalehan sosial yang tinggi seperti sedia kala. Lalu jatuh sakit dan mati. Mendengar kematian Dzulkifli, masyarakat berduyun-duyun takziah ke rumahnya dan sesuatu terjadi sangat menakjubkan.
Di pintu gerbang rumahnya yang besar itu tertulis “Inn Allah qad ghafar Li Dzi al-kifl” Sunnguh Allah telah mengampuni dosa Dzulkifli”.
Mereka sama sekali tidak mengerti, siapa yang menulis dan dari mana tulisan itu. Begitu unggahan kitab “Nawadir al-Ushul”, Li al-Turmudzi al-Hakim.
Kedua, dia seorang nabi, sama dengan nabi-nabi lain sebelumnya. Bukan sekadar manusia shalih biasa. Dasar pemikiran ini adalah, bahwa Dzulkifli disebut di dalam Alqur’an Alkarim sejajar, sederetan, disandingkan dengan nabi-nabi lain.
Logikanya, deretan itu menunjukkan derajatnya. Setidaknya ada pada dua ayat, pertama pada ayat kaji ini dan kedua pada surah Shad: 48.
Di samping itu, mereka (termasuk Dzulkifli) dinyatakan sebagai hamba Allah yang bersabar (min al-shabirin), penuh rahmat (fi rahmatina), orang shalih (min al-shalihin). Pada surah Shad, Dzulkifli dinobatkan sebagai hamba pilihan (min al-akhyar). Deretan sifat super mulia begini ini hanya dimiliki oleh para nabi saja dan tidak mungkin dimiliki oleh orang biasa.
Dasar ketiga, bahwa nabi itu harus shalih sejak awal, sejak kecil memang bersih dan tidak pernah bersentuhan dengan maksiat. Maka, tidak boleh menjadi nabi dadakan. Sementara, menurut kisah di atas, bahwa Dzulkifli semula doyan maksiat.
Dengan deretan hujjah tersebut, maka pendapat kedua inilah yang secara argumentasi lebih unggul. Akan tetapi al-Qutuby menandaskan, bahwa kebanyakan ulama berpendapat bukan nabi, melainkan orang shalih. Berbeda dengan al-imam al-Hasan yang memilih pendapat kedua, yakni seorang nabi sebelum Nabi Ilyas A.S.. Allah a’lam.
Lalu, tersisa pertanyaan mengenai hadis-hadis yang dijadikan dasar oleh kelompok pertama. Jawabnya, bahwa mayoritas hadis-hadis di atas berstatus Gharib, lemah banget dan tidak kuat untuk dijadikan hujjah.
Lagian, orientasinya ke kisah-kisah bani Israel masa lalu yang rawan kesahihannya, utamanya unggahan ahli kitab. Senada dengan itu, ada kuburan di daerah Irak yang diduga sebagai kuburan nabi Dzulkifli. Allah a’lam.
Kisah Dzulkifli memang sangat beragam, tetapi semuanya mengarah kepada kebajikan, pertobatan, dan akhir amal yang baik. Pesan moralnya adalah: Jangan menilai gambar yang belum jadi, pasti tidak obyektif. Tunggu sampai sempurna, anda akan mengerti hakikatnya.
Bisa jadi, seseorang hari ini terkenal buruk, bahkan sangat buruk. Ya, tapi jangan dikutuk karena perjalanan masih panjang. Siapa tahu pada akhir hayatnya menjadi baik, seperti kisah Dzulkifli di atas. Mengetahui ada orang yang sedang tenggelam bukanlah dibiarkan, tetapi ditolong dengan segala cara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News