
Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie
Rubrik Tafsir Al-Quran Aktual ini diasuh oleh pakar tafsir Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir mumpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.
Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Anbiya': 87-88. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca.
87. Wa żan-nūni iż żahaba mugāḍiban fa ẓanna allan naqdira ‘alaihi fa nādā fiẓ-ẓulumāti allā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn(a).
(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”
88. Fastajabnā lahū wa najjaināhu minal-gamm(i), wa każālika nunjil-mu'minīn(a).
Kami lalu mengabulkan (doa)-nya dan Kami menyelamatkannya dari kedukaan. Demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang mukmin.
TAFSIR AKTUAL
Doa nabi Ayub A.S. saat berada di rongga mulut ikan paus sungguh singkat, yaitu “anni massani al-dlurr”. Sekadar semacam wadul saja, bahwa dirinya sedang tertimpa masalah. “wa anta arham al-Rahimin”, sedangkan Engkau maha pengasih. Lalu, apa respons Tuhan?
Ternyata Tuhan merespons doa tersebut dengan servis tiga kali lebih banyak daripada apa yang diungkapkan dalam doa, yaitu:
Pertama, “fakasyafna ma bih min dlurr”. Problem selesai, dibereskan oleh Tuhan sehingga Nabi Yunus selamat dari untalan ikan paus.
Nabi Yunus A.S. dibawa ke tepi pantai dan dimuntahkan ke daratan dengan selamat dan nyaman. Karena beberapa hari tidak makan, tentu saja badan sangat lemas. Nabi Yunus A.S. hanya tergeletak santai menunggu takdir.
Tuhan, lantas menumbuhkan pohon Yaqtin, sejenis melon di sampingnya. Pohon yang punya kandungan air sangat banyak ini cepat sekali tumbuh dan cepat pula berbuah dengan izin Allah SWT.
Daging dan airnya sangat cepat diserap oleh tubuh sehingga mendukung percepatan pemulihan tenaga. Hasilnya, sang nabi itu segar kembali seperti sedia kala.
Kedua, “wa atainah ahlah”. Keluarganya dikembalikan. Alkisah meriwayatkan, bahwa ketika Nabi Yunus A.S. minggat meninggalkan kaumnya, semua merasa kehilangan, termasuk keluarganya. Tetapi mereka tidak menemukan jejak, bahkan kabar pun tidak, meski sudah viral.
Di tempat baru itu, nabi Yunus A.S. hidup cukup lama meski tidak ada angka berapanya. Sementara keluarga tersayang yang ditinggalkan di negeri asal telah mati semua. Nabi Yunus A.S. kembali berdakwah dan dengan ajaib, keluarganya yang telah mati dihidupkan kembali dan bergabung bersama seperti sedia kala. Waw, nikmatnya. Kok bisa?
Soal seseorang yang telah lama mati, lalu dihidupkan kembali pada kisah kaum terdahulu cukup banyak. Alqur’an al-karim juga mengkisahkan hal itu sebagian. Itu namanya “al-ladzin Matu qabl Ajalihim”, mati sebelum ajal.
Lihat pemuda goa, ashab al-kahf yang mati, tertidur hingga 300 tahun. Nabi Uzair juga demikian, mati selama seratus tahun.
Ribuan orang “uluf hadzar al-maut” zaman bani Israel yang dimatikan, kemudian dihidupkan kembali. Kaum nabi Musa seputar tujuh puluh orang bandel disambar petir dan mati, lalu dihidupkan kembali (al-baqarah: 55-56).
Ketiga, wa mitslahum ma’ahum, dianugerahi kenikmatan dunia yang berlebih, seperti kesehatan, kesabaran, harta melimpah, derajat tinggi, dan kehormatan di masyarakat yang tadinya pudar, kini pulih kembali dan makin top.
Di katakan, pengikut setia nabi Yunus A.S. seputar seratus ribu lebih. “Wa arsalnah ila mi’ah alf aw yazidun” (al-shaffat:147).