Tafsir Al-Anbiya' 87-88: "Rahmah Minna" dan "Rahmah Min Indina"

Tafsir Al-Anbiya Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i.

Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie

Rubrik ini diasuh oleh pakar tafsir Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir mumpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 87-88: Kematian Sebelum Ajal

Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Anbiya': 87-88. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca.

87. Wa żan-nūni iż żahaba mugāḍiban fa ẓanna allan naqdira ‘alaihi fa nādā fiẓ-ẓulumāti allā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn(a).

(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 87-88: Nabi Dzu Al-Nun A.S.

88. Fastajabnā lahū wa najjaināhu minal-gamm(i), wa każālika nunjil-mu'minīn(a).

Kami lalu mengabulkan (doa)-nya dan Kami menyelamatkannya dari kedukaan. Demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang mukmin.


Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 85-86: Dzulkifli A.S., Siapa Dia?

TAFSIR AKTUAL

Dua tesis yang dipakai Al-Qur’an saat membahasakan rahmat Tuhan yang dilimpahkan kepada hamba-Nya yang dipilih. “Rahmah minna” dan “Rahmah min 'indina”. Rahmah minna, itu rahmah, kasih sayang, anugerah yang umum diberikan kepada hamba secara umum.

Rahmah minna itu memang rahmat yang istimewa, tetapi masih dalam kategori standar-standar saja. kata “Min”, dari, “Minna”, dari-KU, dari KAMI, bentuk informasi yang tidak punya keterangan khusus. Pokoknya, rahmat itu dari “Aku”, entah langsung atau tidak, entah dalam waktu dekat atau tidak, dari jauh atau dari dekat.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 83-84: Rahmah Minna dan Rahmah Min ‘Indina

Sedangkan, “min 'indina”. Kata “‘inda” adalah bentuk dharaf makan, keterangan tempat. Yakni “dari pangkuan-KU, dari sisi-KU” yang menunjukkan kedekatan dan langsung. Tidak ada media dan tidak pakai lama. Tuhan sendiri yang hadir memberikan.

Dengan demikian, secara isyarat terbacalah makna: bahwa “min ‘indina” lebih spesial ketimbang “min inna”. Allah a’lam.

Apa yang dianugerahkan kepada A.S. di atas sungguh spektakuler dan sangat istimewa. Bagaiman mana mungkin beliau telah diemplok di mulut ikan, lalu, lalu, dan seterusnya hingga keluarganya kembali hidup dan terhormat di masyarakat.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 83-84: Sakit itu Rahmat

Maka pantas pakai redaksi, “rahmah min ‘indina”.

Tidak hanya itu, bila kita berpasrah diri kepada-Nya, juga ada kalimat pamungkas, “wa dzikra li- al’abidin”. Sebagai pelajaran bagi hamba Tuhan yang penuh dedikasi.

Abid, artinya pengabdi, penyembah. Bahwa, kisah nabi Yunus A.S. di atas sungguh menginspirasi dan menjadi referensi bagi siapa saja yang penuh pengabdian kepada-Nya. mereka pasti ditolong dan dirahmati melebihi apa yang diminati.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 83-84: Dhan Chux, Aduh, dan Allah

wa atainah ahlahu wa mitslahum ma’ahum”.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO