
Konsep ketuhanan yang mereka sampaikan tetap, yaitu hanya Allah SWT saja yang menjadi Tuhan, lain tidak.
Berbeda-beda respons umat manusia sesuai zamannya. Bahkan pada era risalah Nabi Nuh A.S., Tuhan Allah SWT sudah disaingi dengan lima patung sesembahan, yaitu: Wadd, Shuwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr.
Kelima nama tersebut sesungguhnya adalah orang-orang shalih, orang-orang suci yang masyhur pada zamannya. Lalu diduplikasi, dipatungkan dan dijadikan sesembahan, sebagai pengalihan dari dakwah islamiah Nabi Nuh A.S. Pokoknya tidak mau mengikuti Nabi Nuh A.S.
Mereka cukup kuat dan mempunyai bayak pengikut yang terdiri dari orang-orang gedean, berpengaruh, dan berduit. Sementara pengikut Nabi Nuh A.S., sangat sedikit, orang-orang rendahan, miskin, dan sama sekali tidak berimbang. Bahkan istri dan anaknya tetap kafir dan tidak patuh.
Nah, orang-orang kafir Makkah juga melakukan hal yang sama seperti kaum terdahulu. Mendustakan Nabi Muhammad SAW dan tetap bersikukuh menyembah berhala dan memusuhi.
Meski sudah sangat paham terhadap sejarah masa lalu, di mana para pendusta dikutuk dan dihabisi dengan cara yang sangat mengerikan.
Meski sudah berkali-kali diingatkan bahwa berhala itu hanyalah benda mati yang tak manfaat dan tak berbahaya apa-apa, tetapi mereka tetap memilih mengikuti keyakinan nenek moyang mereka yang jelas-jelas sesat.
Tidak hanya mengikuti, bahkan sangat fanatik dan tidak segan-segan melawan pengkritiknya.
Ayat kaji ini mengungkap tesis teologi yang paten yang sudah berjalan sejak awal kehidupan, bahwa umat ini ada dalam satu keyakinan “inn hadzih ummatukum ummah wahidah”.
Pesannya, bahwa kalian jangan menyalahi keyakinan nenek moyang pertama dan utama, yaitu Nabi Adam dan nabi-nabi bertikutnya yang semuanya hanya bertuhan Allah SWT saja.