Soal Pertamax Oplosan, Pakar ITS Jelaskan Efek Blending Bahan Bakar dan RON

Soal Pertamax Oplosan, Pakar ITS Jelaskan Efek Blending Bahan Bakar dan RON Hendro Juwono menunjukkan hasil penelitian dan alat yang digunakan untuk penelitiannya. (Ist)

BANGSAONLINE.com - Praktik blending (pencampuran bensin) yang sedang viral mengundang banyak pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas bahan bakar dan pengaruhnya terhadap performa kendaraan.

Mendengar hal itu, Guru besar Departemen Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Hendro Juwono, menjelaskan bahwa Research Octane Number (RON) atau bilangan oktan merupakan ukuran ketahanan bahan bakar terhadap ketukan mesin.

Bahan bakar yang kurang tahan akan mengalami peristiwa knocking, yakni kondisi ketika bahan bakar terbakar sebelum waktunya akibat tekanan tinggi di ruang bakar.

Lebih lanjut, Hendro memaparkan bahwa bahan bakar umumnya mengandung senyawa oktana (C8), tetapi tak harus C8 murni. Komponen hidrokarbon penyusun bahan bakar yang bervariasi, mulai dari C7 hingga C9, dapat memengaruhi RON.

Bukan hanya itu, struktur rantai karbon yang bervariasi, baik rantai lurus atau n-oktana maupun bercabang atau iso-oktana, turut memiliki andil dalam tingkat RON.

"Semakin banyak senyawa bercabang seperti iso-oktana, maka semakin tinggi pula RON bensin tersebut,” ungkapnya (14/3/2025).

Dalam proses pencampuran bahan bakar, prinsip ini menjadi krusial. Hendro menerangkan bahwa RON akhir suatu bahan bakar tergantung pada komposisi hidrokarbon yang dicampurkan atau yang disebut blending.

Blending dilakukan dengan mengombinasikan fraksi ringan seperti C8, yang digunakan untuk bensin, dengan fraksi lainnya seperti C7 atau C9.

Hendro menyampaikan bahwa secara ilmiah blending bensin atau pencampuran bahan bakar itu memungkinkan dan sah dilakukan. Ia menyebutkan bahwa pencampuran RON tertentu bisa dilakukan untuk mencapai nilai oktan yang diinginkan selama prosesnya mengikuti prinsip-prinsip kimia yang tepat dan memenuhi standar.