
SITUBONDO, BANGSAONLINE.com - Menjelang lebaran tahun 2025, praktik gadai di kantor Pegadaian Situbondo meningkat hingga 40 persen.
Menurut Asisten Manajer Pegadaian Situbondo, Bagus Ganjar, meningkatnya masyarakat yang melakukan gadai menjelang lebaran tahun ini merupakan fenomena baru.
"Biasanya menjelang lebaran banyak nasabah nebus, namun pada tahun ini banyak gadai," kata Bagus Ganjar kepada BANGSAONLINE.com, Kamis (27/3/2025).
Bagus mengungkapkan bahwa kemampuan nasabah kali ini untuk menebus pinjamannya menurun dibanding tahun lalu.
"Tebus pinjaman menurun sekitar 20 persen," katanya.
Di sisi lain, banyak nasabah membutuhkan dana. Hal itu terlihat dari peningkatan gadai.
"Gadai meningkat 30-40 persen," ucapnya.
Ia menyebut, beberapa nasabah yang sudah pernah gadai meminta lagi pinjaman, karena pinjamannya belum maksimal.
"Orang gadai bisa lebih 50 per hari. Sedang gadai dan tambah pinjaman bisa tembus 100 transaksi," imbuhnya.
Daya Beli Masyarakat Lemah
Sementara Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unars, Randika Fandiyanto, mengatakan meningkatnya praktik gadai disebabkan kondisi daya beli masyarakat yang lemah, akibat pendapatannya berkurang.
"Ini faktor utamanya dapat dilihat dari sisi makro, terjadinya PHK massal akibat krisis global. Jika pendapatan masyarakat berkurang, konsumsi berkurang," kata Randika Fandiyanto.
Randika juga mengatakan belum adanya bantuan modal untuk UMKM menjadi faktor pelemahan daya beli masyarakat.
"Bantuan UMKM belum, ini stimulus yang bisa mengangkat ekonomi masyarakat," ucapnya.
Ia menjelaskan bahwa deflasi yang terjadi sejak bulan Januari, bukanlah prestasi. Karena industri mengejar konsumsi. Menurutnya, hal itu justru menunjukkan kondisi ekonomi yang tidak sehat.
"Beberapa industri tidak menaikkan harga, karena mereka mengejar konsumsi penjualan. Pelaku UMKM bersaing dari sisi harga, menurunkan pendapatan, penurunan pendapatan berdampak pada daya beli masyarakat," jelasnya
Randika yang juga pelaku IKM kerajinan ini menyoroti tidak berimbangnya antara produksi dan konsumsi di Situbondo.
Masyarakat Butuh Stimulus dari Pemerintah
Ia mengungkapkan bahwa masyarakat Situbondo banyak berbelanja di luar daerah atau belanja online. Sehingga, uang banyak lari ke luar, sedangkan perputaran keuangan di Situbondo sedikit.
"Uang beredar di Situbondo terlalu sedikit, orang terlalu banyak konsumsi keluar daerah," cetusnya.
Randika menyebut belum melihat efektivitas kebijakan pemerintah daerah untuk menangani pelemahan daya beli masyarakat.
"Belum melihat program pastinya, berbentuk apa. Paling mengena yaitu bantuan modal untuk UMKM, sekarang gak ada," tuturnya.
Ia berharap pemerintah daerah membuka sentra-sentra ekonomi, seperti wisata maupun CFD.
"Itu menunjang, yang penting tidak politislah," pungkasnya. (sbi/rev)