
Peningkatan rendemen menjadi 7,47 persen juga menunjukkan kerja keras kolektif dalam meningkatkan mutu dan kuantitas produksi.
Selain itu, stok gula kristal putih di Jatim per 15 Oktober 2024 mencapai 669.224 ton, terdiri dari 59.821 ton di petani, 443.867 ton di pedagang, 133.095 ton di pabrik, dan 32.442 ton di PTPN. Angka tersebut menunjukkan kapasitas Jatim sebagai penyangga stok gula nasional.
Maka dari itu, Khofifah menekankan pentingnya kolaborasi erat dengan pelaku industri gula, termasuk PT SGN, guna memperkuat sektor ini secara menyeluruh.
“Sebagai provinsi dengan potensi besar, kami berkomitmen untuk mendorong peremajaan kebun tebu, pengembangan varietas unggul, serta penerapan teknologi pertanian yang modern,” katanya.
“Produktivitas dan efisiensi harus terus ditingkatkan untuk mendukung kesejahteraan petani dan menjaga ketahanan pasokan gula nasional,” imbuh Khofifah.
Sementara itu, Direktur Utama PT SGN Mahmudi menyampaikan target perusahaan untuk memproduksi 2 juta ton gula nasional pada tahun 2027, dengan 75 persen berasal dari pabrik di Jatim. SGN juga berencana mempercepat modernisasi industri gula dan memperkuat kemitraan dengan petani.
“Kami siap menjadikan Jawa Timur sebagai pusat riset dan pengembangan industri gula, yang fokus pada efisiensi produksi dan kualitas produk,” tegas Mahmudi.
Di akhir pertemuan, Pemprov Jatim dan PT SGN sepakat membentuk tim kerja lintas sektor untuk menyusun strategi pengembangan lanjutan.
Strategi ini mencakup percepatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus petani tebu, pengaturan tebu penampungan (pok-pokan), pengelolaan distribusi tebu antarwilayah, serta penentuan awal musim giling berdasarkan kemasakan tebu.
Dengan semangat gotong royong dan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, Khofifah optimistis Jatim akan terus menjadi motor penggerak dalam swasembada gula nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani serta masyarakat luas. (dev/msn)