Efek Makan Barang Haram Bisa Jadi Koruptor? Simak Podcast Tokoh NU dan Muhammadiyah

Efek Makan Barang Haram Bisa Jadi Koruptor? Simak Podcast Tokoh NU dan Muhammadiyah Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim MA (kanan) dan Prof Dr Zainuddin Maliki saat rekaman Podcast BANGSAONLINE di kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE di Jalan Cipta Menanggal Surabaya, Senin (27/4/2025). Foto: bangsaonline

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Tokoh NU Prof Dr KH Asep Abdul Chalim, MA dan tokoh Muhammadiyah Prof Dr Zainuddin Maliki  prihatin dengan kasus tujuh permen produk Filipina dan China yang bersertifikat halal tapi mengandung babi. 

Bahkan Kiai Asep yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) itu menilai bahwa itu suatu penipuan terhadap umat Islam dan bangsa Indonesia. Karena itu ia minta produk-produk lain juga diteliti kembali.

Menurut Kiai Asep, mengacu pada peristiwa ketidakjujuran Perusahaan permen produk China dan Filipina itu maka produk-produk lain juga harus diteliti ulang.

“Produk-produk lain juga harus diteliti kembali,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim dalam Podcast BANGSAONLINE di Channel Youtube yang kini beredar luas.

Alasannya, menurut Kiai Asep Saifuddin Challim, bisa jadi perusahaan produk lain juga curang dan tak jujur seperti perusahaan Filipina dan China yang memproduksi permen tersebut.

“Harus diperiksa dan diteliti seminggu sekali,” kata Kiai Asep.

Seperti diberitakan BANGSAONLINE, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia. Menurut Ketua BPJPH, Ahmad Haikal, ada 9 produk permen yang mengandung babi.

Kiai Asep tampil di Podcast BANGSAONLINE duet dengan Prof Dr Zainuddin Maliki, pengurus Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Kiai Asep yang juga pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amantul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu kemudian membandingkan dengan negara Thailand yang mayoritas (93,45 %) beragama Buddha Theravada.

“Tapi MUI-nya di Thailand bisa mengecek dan menliti produk-produk setiap seminggu sekali,” kata Kiai Asep.

Padahal umat Islam di Thailand minoritas, hanya 5,37 %. “Saya pernah ke Bangkok, bukan Pattani, saya bertemu dengan (ketua dan pengurus) MUI Thailand. Mereka mengecek dan meneliti produk-produk yang bersertifikasi halal itu seminggu sekali,” kata Kiai Asep yang popular sebagai kiai miliarder tapi dermawan.

Hebatnya lagi, MUI Thailand tidak meminta dana operasional dari APBN atau APBD seperti MUI di Indonesia. “Mereka swadaya dan sumbangan pribadi,” tutur Kiai Asep yang beberapa hari berkunjung ke Thailand, termasuk ke Mahidol University Thailand.

Tapi benarkah orang-orang yang memakan barang haram bisa menjadi koruptor? Silakan Simak Podcast BANGSAONLINE di kanal Youtube sekarang juga. Selamat mengaji dan menjemput pencerahan.