
"Setrum tikus sangat berbahaya, karena dapat membunuh tikus dan membahayakan nyawa petani yang menggunakan. Karena sudah banyak yang menjadi korban, sehingga gropyokan ini dilakukan," jelasnya.
Festival Gropyokan ini, lanjut Ghofar, juga diadakan untuk memacu semangat petani dalam menjaga sawah dari serangan hama tikus.
"Gropyokan ini diadakan untuk memacu semangat petani menjaga sawah dari hama. Yang bisa menangkap tikus, akan mendapatkan bonus Rp 1.500 per ekor. Ini sebagai wujud apresiasi kepada peserta dalam upaya memberantas hama tikus," tandasnya.
Ghofar menambahkan, gropyokan tikus lebih efektif membasmi hewan pengerat ini dan membangun kebersamaan antar petani.
"Festival gropyokan tikus ini tidak sekadar membasmi hama tikus, tetapi yang terpenting, mampu menumbuhkan rasa gotong-royong antarmasyarakat petani,” terangnya.
Sarjan, salah satu petani peserta festival gropyokan tikus, mengatakan bahwa kesulitan yang dialami adalah ada beberapa sawah yang padi tumbuhnya sudah mulai tinggi.
"Sulitnya saat mencari tikus ini ada di beberapa sawah yang padinya sudah tumbuh sudah tinggi. Sehingga untuk melihat keberadaan dan pergerakan tikus sedikit terganggu," pungkasnya. (hud/van)