
KOTA KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Program JKN atau Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh BPJS Kesehatan merupakan bentuk nyata komitmen pemerintah dalam menyediakan akses layanan kesehatan yang merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Keberlangsungan program ini sangat bergantung pada kepatuhan peserta dalam membayar iuran secara rutin dan tepat waktu, yakni sebelum tanggal 10 setiap bulannya.
Hariati (46), warga Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, adalah salah satu peserta JKN segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau peserta mandiri yang konsisten membayar iuran tepat waktu.
Ia menyadari pentingnya menjaga status kepesertaan agar tetap aktif, sehingga layanan kesehatan dapat diakses kapan pun dibutuhkan.
“Sejak pertama kali mendaftar jadi peserta JKN, saya paham kewajiban menjadi peserta adalah dengan membayar iuran. Saya menyadari betul pentingnya menjaga status kepesertaan agar tetap aktif. Dengan iuran yang saya bayarkan dan kepesertaan JKN statusnya aktif, saya merasa lebih tenang karena tahu bahwa jika suatu saat saya atau anggota keluarga butuh berobat, kami bisa langsung menggunakan layanan JKN tanpa terkendala apa pun,” paparnya pada Selasa (2/9/2025) lalu.
Meski jarang menggunakan layanan kesehatan, Hariati tidak merasa rugi membayar iuran. Ia mengibaratkan kepesertaan JKN sebagai bentuk kesiapsiagaan, seperti sedia payung sebelum hujan.
Ia juga menekankan pentingnya disiplin membayar iuran agar tidak mengalami kendala saat membutuhkan layanan kesehatan. Beberapa tetangganya sempat mengalami kesulitan karena menunggak iuran dan harus menunggu status aktif kembali.
"Saya tidak ingin sampai kejadian seperti itu. Kita tidak tahu kapan akan datangnya sakit. Kalau nunggak, kan nanti repot urusannya. Apalagi kalau sampai rawat inap pasti akan terkena denda layanan. Makanya saya memilih untuk disiplin membayar iuran tiap bulan,” ucapnya.
Hariati memandang iuran yang dibayarkan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama peserta JKN. Ia memahami bahwa sistem JKN berlandaskan prinsip gotong royong, di mana peserta yang sehat membantu peserta yang sakit.
“Saya yakin, dengan kita semua saling membantu lewat iuran, maka program JKN ini bisa terus berjalan. Kalau semua ikut gotong royong, semua orang akan merasa lebih aman dan terlindungi. Ketika saya sakit nanti, saya yakin ada peserta lain yang juga membantu lewat iurannya. Begitu pun sebaliknya. Jadi ini seperti tabungan sosial yang saling menguatkan,” tuturnya.
Bagi Hariati, menjadi peserta JKN memberikan rasa aman. Ia tak lagi khawatir soal biaya saat membutuhkan layanan kesehatan, terutama di saat-saat genting.
“Dengan jadi peserta JKN saya sudah tidak khawatir lagi. Jika suatu saat saya butuh berobat jadi tidak perlu memikirkan biaya lagi. Dulu selalu merasa cemas tiap sakit, takut biayanya tinggi. Tapi sekarang, saya tahu kalau ada apa-apa, saya bisa langsung ke fasilitas kesehatan (faskes) tanpa takut tidak mampu membayarnya,” pungkasnya. (uji/mar)