Rencana Pembangunan Real Estate di Tretes Ditolak Warga Setempat, Anggota DPRD Ungkap Hal ini

Rencana Pembangunan Real Estate di Tretes Ditolak Warga Setempat, Anggota DPRD Ungkap Hal ini Sugiyanto

PASURUAN,BANGSAONLINE.com -Rencana pembangunan kawasan real estate di wilayah Tretes, Desa Pecalukan, Kecamatan Prigen memicu penolakan warga sekitar. 

Pasalnya, lahan yang akan digunakan merupakan lahan milik Perhutani yang berfungsi sebagai daerah resapan air hujan.

Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Pasuruan, H. Sugiyanto, mengatakan tiga desa di sekitar lokasi telah menyatakan penolakan terhadap proyek tersebut. 

“Tiga desa di sekitar sana menolak, dan besok akan menggelar audiensi di sini,” kata Sugiyanto saat ditemui di ruang Komisi I DPRD Kabupaten Pasuruan, Selasa (7/10/2025).

Sugiyanto menjelaskan, penolakan terhadap pembangunan villa estate di tanah Perhutani itu sebenarnya sudah berlangsung lama, sejak sekitar tahun 2009. 

Saat itu proyek dirintis oleh PT SI, kemudian berpindah kepemilikan pada 2011 ke PT KR, dan kembali berganti tangan pada 2023 kepada PT SK.

Ia memaparkan, lahan yang akan digunakan awalnya berstatus sebagai kawasan hijau. Namun, kini telah berubah menjadi lahan kuning yang diperuntukkan bagi perumahan.

Hal itu memicu keresahan warga karena kawasan tersebut merupakan daerah resapan air yang juga memiliki sumber mata air yang selama ini dimanfaatkan masyarakat sekitar.

Menurut Sugiyanto, perubahan fungsi lahan dan penebangan pohon di kawasan itu berdampak langsung pada ketersediaan air.

“Karena banyak pohon yang ditebang, saat musim kemarau warga kesulitan mendapatkan air. Sumber mata air yang dulu mengalir deras sekarang berkurang, sehingga warga harus bergiliran untuk mendapatkan air,” ujarnya.

Ia menambahkan, masyarakat di wilayah bawah juga kerap dilanda banjir saat musim hujan. 

“Sudah tiga kali kami mengalami banjir saat musim penghujan,” tutur Sugiyanto.

Menurutnya, kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan karena banjir bisa datang tiba-tiba meski hujan turun di wilayah atas, bukan di permukiman warga. 

“Daerah atas hujan deras, tapi di bawah tidak hujan, tiba-tiba ada banjir dari atas. Ini sangat mengkhawatirkan keselamatan masyarakat,” ungkap dia.

Di sisi lain, warga di sekitar Prigen, Pecalukan, dan Ledug selama ini rutin melakukan penghijauan untuk menjaga kelestarian hutan milik Perhutani. 

Kegiatan tersebut dilakukan dua kali dalam setahun secara swadaya untuk melindungi ekosistem sumber mata air agar hutan di pegunungan tidak gundul.

“Jadi wajar kalau masyarakat Prigen, Ledug, dan Pecalukan berjibaku menentang keras kelanjutan pembangunan real estate tersebut,” tandasnya. (afa/van)