Joko Arianto, Kepala Pelaksana BPBD Kota Kediri (kiri bawah) di acara Webinar Lentera Mapan. (Ist).
“Sementara pada tahap pasca bencana, kita melakukan koordinasi, rehabilitasi dan rekonstruksi dengan melibatkan OPD terkait, tidak hanya untuk pembangunan fisik tetapi juga pemulihan kondisi psikologis masyarakat terdampak,” tegas Joko.
Lebih lanjut Joko mengatakan, ada beberapa potensi bencana di Kota Kediri. Antara lain banjir, cuaca ekstrem, gempa bumi, kekeringan, dan tanah longsor.
Dan untuk mempercepat respon terhadap kondisi darurat, Pemerintah Kota Kediri telah meluncurkan layanan darurat Lapor Mbak Wali 112 sebagai bagian dari Program 100 Hari Kerja Wali Kota Kediri.
“Layanan ini menjadi bukti nyata bahwa pemerintah hadir di tengah masyarakat, memberikan respons cepat dan tanggap terhadap setiap situasi darurat,” ungkapnya.
Ditambahkan Joko, berdasarkan data BMKG wilayah Kota Kediri mulai memasuki musim penghujan pada pertengahan Oktober 2025 dan akan berlangsung hingga April 2026 dengan potensi curah hujan normal. Adapun untuk puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2026.
“Kondisi ini dipengaruhi oleh IOD negatif dari Samudra Hindia yang menyebabkan musim hujan lebih awal dan lebih panjang durasinya di sebagian wilayah Indonesia bagian barat,” jelasnya.
Melalui kegiatan webinar ini, Joko berharap peran ASN semakin kuat dalam mendukung penanggulangan bencana di setiap tahapnya mulai dari pra bencana, saat terjadi bencana hingga pasca bencana.
ASN diharapkan menjadi garda terdepan dalam melakukan mitigasi, penyelamatan, evakuasi, serta rehabilitasi bagi masyarakat terdampak.
“Kesiapsiagaan adalah elemen penting sebagai bentuk tangguh menghadapi potensi bencana. Dalam membangun kesiapsiagaan ASN perlu mendalami pengetahuan mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menyikapi situasi bencana. Mari terus bergandeng tangan menghadapi dinamika cuaca untuk meminimalisir dampak bencana dan memastikan keselamatan masyarakat,” tutup Joko. (uji/van)













