Kisruh PBNU: Tambang dan Holland Taylor, Kenapa Gus Dur Dijadikan Tameng

Kisruh PBNU: Tambang dan Holland Taylor, Kenapa Gus Dur Dijadikan Tameng KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Foto: Sesneg

Oleh: M Mas'ud Adnan

Secara ekonomis nilai tambang itu memang besar. Konon berkisar Rp 150 hingga Rp 160 triliun. Tapi mudlaratnya juga besar. Baik kepada NU maupun bangsa Indonesia. Karena itu sejumlah kader NU - termasuk Ning Inayah Wahid, putri Gus Dur - sempat menggugat atau mengajukan judicial review terhadap Peraturan Pemerintah (PP) no 25 tahun 2024 (produk Presiden Jokowi) ke Mahkamah Agung. Alasannya selain cacat hukum juga berpotensi menjadi arena transaksi dan suap politik.

Ini berarti di kalangan NU juga banyak yang menentang. Tapi kelompok kritis ini mendapat teguran bahkan dilabeli wahabi lingkungan oleh pengurus PBNU yg pro tambang.

Kini tambang ternyata menjadi salah satu faktor penyebab biang kisruh. Sekali lagi, salah satu faktor, bukan satu2nya faktor. Karena ada juga faktor lain yang menjadi biang kisruh PBNU yaitu kehadiran Peter Berkowitz, aktivis aliran keras pro Israel yang membela genosida (penumpasan etnis warga Palestina). Selain itu juga tentang pengelolaan keuangan PBNU yang dianggap bermasalah.

Kasus Berkowitz itu tidak terjadi secara tiba-tiba. Beberapa tahun sebelumnya warga NU - terutama yg melek informasi - sudah ramai mempersoalkan Peter Holland Taylor, warga Amerika Serikat pro zionis yang menjadi Penasehat Khusus Ketua Umum urusan internasional.

Ironisnya, setiap Holland Taylor menjadi rasan-rasan kader NU selalu ada yg membela dan beralibi bahwa Holland Taylor itu sdh ada sejak era Gus Dur. Jadi nama besar Gus Dur selalu dijadikan tameng atau bemper untuk melegitimasi diri bahwa warga AS yang pro Israel itu seolah-olah warisan Gus Dur yang harus "diopeni".

Padahal keluarga Gus Dur sendiri justru risau dengan sepak terjang Holland Taylor yg ditengarai mengatasnamakan NU di AS dan Eropa. Itulah yang diungkap Yenny Wahid, salah seorang putri Gus Dur di Tempo.

Alhasil, pengurus PBNU yg sekarang bukan saja tidak bisa menjaga marwah NU tapi juga telah menjerumuskan dan mencoreng nama besar NU.

Lah, kalau sudah banyak mudlaratnya bagi NU kenapa masih saling ngotot bertahan. Bukankah ada Hadits Nabi Al Hayau minal iman. Bahwa malu itu bagian dari iman.