10 Daerah di Jatim Dapat Bantuan Gizi dari Australia dan Kanada

10 Daerah di Jatim Dapat Bantuan Gizi dari Australia dan Kanada Dr Harsono, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim menabuh gong, tanda peluncuran bantuan gizi di 10 kabupaten di Jatim, Rabu (27/01/2016). foto: BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerja sama dengan Negara Australia dan Kanada meluncurkan Program Integrasi Gizi Mikro untuk Penyelamatan 1000 Hari Pertama Kehidupan Ibu dan Anak di Jatim.

Peluncuran program bantuan gizi dilakukan di Kantor Dinkes Jatim, dihadiri juga oleh Doddy Izwardi Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes, dan Naning Nugrahini Kepala Sub Direktorat Hepatitis dan Infeksi Saluran pencernaan.

Baca Juga: Pure Oxysential Facial, Atasi Kulit Kering Merintis Akibat Bermasker Terlalu Lama

Perwakilan negara donor yang turut hadir adalah Jon Borrough Counsellor for Health and Rural Development dari Australian Embassy dan Melissa Cardinal dari Canada serta John McCullough Direktur Micronutrient Initiative untuk Asia dan dr Elvina Karyadi Direktur Micronutrient Initiative untuk Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, Harsono menjelaskan, ada 10 Kabupaten di Jatim yang menjadi pilot project dalam program ini.

“Sebenarnya kita ada 38 Kabupaten/Kota. Tapi, 10 Kabupaten yang kita pilih ini terdapat satu kecamatan yang kekurangan garam beryodium dan vitamin A,” kata Harsono usai meresmikan program bantuan gizi di Kantor Dinkes Jatim, Rabu (27/01).

Baca Juga: Berhasil, Jatim Jadi Provinsi Tingkat Penularan Covid-19 Terendah se-Indonesia

Ke-10 kabupaten tersebut meliputi Sampang, Bangkalan, Banyuwangi, Jember, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Pacitan, Ponorogo dan Ngawi.

Lebih lanjut, kata Harsono, dalam program ini Pemerintah Australia mendonorkan dananya sebesar 1,44 juta Dollar Australia atau Rp 13,9 miliar, sedangkan Pemerintah Kanada menyumbangkan 380 ribu Dollar Kanada atau Rp 3,8 miliar.

“Dana tersebut ditarget 1 tahun, tapi ini kan program. Bukan proyek. Jadi harus kontinyu (terus menerus). Jika program pendonoran berhenti dalam 3 tahun berarti kita akan meneruskan konsepnya sendiri dengan anggaran APBD,” pungkas Harsono. (sby7/rev)

Baca Juga: Pusat Lasik Canggih Hadir di Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO