Lima Skema Makro Transportasi, Strategi Dishub Atasi Kemacetan Surabaya

Lima Skema Makro Transportasi, Strategi Dishub Atasi Kemacetan Surabaya Irvan Drajat, Plt Kadishub Surabaya.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya terus meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Terutama solusi terhadap kemacetan.

Transportasi dan jalan raya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Keduanya bergandengan erat, jika jalan raya dikembangkan maka berdampak pada jumlah masyarakat yang membeli kendaraan.

Baca Juga: One Voice SMPN 1 Surabaya Raih Juara Dua Kategori Bergengsi di SWCF 2024

Sebanyak 51,70 % dari pengguna kendaraan memilih motor karena dianggap lebih hemat waktu dan biaya. Jumlah kendaraan di Kota Surabaya setiap tahun naik. "Untuk motor naik 10%, sedangkan mobil 5%," terang Plt Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Irvan Wahyu Drajat kepada wartawan di Ruang Area Traffic Control System (ATCS) Surabaya, Selasa (2/2).

"Akibatnya, terjadilah kawasan macet di Surabaya, karena padatnya kendaraan. Seperti Jalan Mayjend Sungkono, HR Muhammad, Kertajaya, Panjang Jiwo, Ahmad Yani, Wonokromo, dan MERR," imbuhnya.

Menurut Irvan, untuk mengatasi masalah tersebut ada lima skema makro transportasi di Surabaya.

Baca Juga: SWCF 2024 Jadi Ajang Kenalkan Seni dan Budaya Surabaya ke Kancah Internasional

Pertama, angkutan massal terdiri dari kereta, trem, monorail dan angkutan kota.

Kedua, pembatasan lalu lintas dengan cara manajemen parkir, jalan berbayar, pembatasan motor, dan gedung parkir.

Ketiga, kapasitas jaringan jalan dengan cara pelebaran jalan, pengembangan jaringan, pedestrian, dan Intelligent Transport System (ITS) sejak tahun 2010 diberlakukan.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Raih UHC Award 2024, Anggarkan Rp500 Miliar per Tahun untuk Warga Berobat Gratis

Keempat, disiplin berlalu lintas kepada siswa sekolah dengan cara sosialisasi, kurikulum pendidikan, dan taman lalu lintas.

"Yang kelima, jika semua sudah diberlakukan dan masih ada pelanggaran maka penegakan hukum dengan cara tilang, derek, kunci ban, penggembosan," terang Irvan.

"Kalau ingin lebih baik dan cepat, semua angkutan massal harus bersinergi. Misal saya dari Kalimantan turun di Bandara Juanda mau ke Trenggalek, saya harus ke Terminal Purabaya. Ada bus antara bandara dengan terminal maupun stasiun," pungkasnya. (dev/dur)

Baca Juga: Anak Anggota DPRD Surabaya Jadi Korban Jambret di Galaxy Mall

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO