SUMENEP, BANGSAONLINE.com – Petani di Desa Nambakor, Kecamatan Saronggi, dan Desa Patean, Kecamatan Batuan, heran dengan kenyataan yang dihadapi. Hampir bisa dipastikan bahwa tiap kali musim hujan, lahan pertanian padi milik mereka terendam banjir. Keheranan itu ditimbulkan karena ternyata sudah puluhan tahun banjir itu terjadi. Seperti ada pembiaran, padahal jelas petani mengalami kerugian akibat genangan banjir, sebab tanaman padi miliknya dipastikan gagal tanam.
Salah satu petani, Edi Purwanto (37), menuturkan kalau lahan pertanian miliknya sudah puluhan tahun terbiasa dengan genangan banjir ketika musim hujan tiba. Sayangnya tidak ada langkah konkret dari pemerintah setempat agar tanaman padinya terhindari dari genangan banjir.
Baca Juga: Bupati Sumenep Ajak Petani Kreatif untuk Tingkatkan Produktivitas
“Kalau sudah banjir kayak sekarang, maka pasti petani seperti saya akan rugi,” ujarnya, Rabu (10/2).
Menurut Edi, jika intensitas hujan seperti saat ini, kemungkinan besar genangan banjir tidak akan surut. Dan yang jelas hal itu akan membusukkan tanaman padi yang sudah berumur satu bulan, dan lambat laun tanaman padi itu akan mati.
“Maka mau tidak mau, saya dan petani lain harus melakukan pembibitan ulang. Itu artinya petani harus mengeluarkan biaya lagi,” ungkapnya.
Baca Juga: Tim KP3 Sumenep Lakukan Monitoring dan Evaluasi hingga Gudang Penyangga
Edi berharap pemerintah segera mencarikan solusi, sehingga petani tidak akan susah lagi pada musim hujan yang akan datang. Setidaknya, harapnya, pemerintah melalui instansi terkait memperlebar saluran air yang diyakini menjadi salah satu penyebab genangan banjir. Saluran air yang ada tidak bisa menampung debit air hujan, sehingga air hujan yang mestinya teralirkan ke laut, malah meluber ke lahan pertanian warga.
“Kalau tetap dibiarkan, maka kami akan terus menanggung kerugian tiap musim hujan,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News