TULUNGAGUNG, BANGSAONLINE.com - Hingga kini, panjangya pesisir belum difungsikan untuk sektor budidaya ikan air payau. Sebab, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Tulungagung masih fokus pembentukan kawasan konservasi hutan bakau yang digunakan pemecah ombak gelombang air laut pasang. Hal tersebut diakui oleh Kepala DKP Tulungagung, Suprapto kepada BANGSAONLINE, Jumat (12/2).
“Kami kan masih pemula. Untuk itu, dibutuhkan persiapan yang matang untuk mengawali dalam target produksi. Pembentukan kawasan konservasi hutan bakau untuk memecah gelombang air pasang, dimaksimalkan dulu,” kelitnya.
Baca Juga: Langkah Besar Menuju Geopark Nasional: Tulungagung Menanti Pengakuan Dunia
Menurut Suprapto, pihaknya memilih 2 lokasi pesisir yang sudah dilakukan konservasi yakni kawasan pantai Brumbun dan Sine karena faktor transportasi yang mendukung sehingga mudah dilintasi bakal pengangkutan hasil panen ikan. Sedikitnya, DKP saat ini sudah menanam 1.000 bakau.
“Kendala awal, gelombang tinggi dari samudra sehingga diperlukan penghijauan tumbuhan pesisir terlebih dahulu. Kemudian melangkah ke rencana target produksi,” jelas Prapto.
Untuk saat ini, beberapa titik di luar naungan DKP sudah ada rintisan budidaya ikan air payau, yang berlabel swasta yaitu masyarakat pesisir sekitar, yang bersekala kecil. Misalnya udang, kakap maupun bandeng. (fer/sho)
Baca Juga: Respons Komisi I DPRD Trenggalek soal Pulau yang Diklaim Pemkab Tulungagung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News