SUMENEP, BANGSAONLINE.com – Seniman di Sumenep punya cara tersendiri untuk melontarkan kritik pada pemerintah. Seperti yang dilakukan oleh pegiat Language Theatre Indonesia (LTI), Minggu (15/2) kemarin, sebanyak 25 seniman berkeliling di sejumlah titik di kawasan Kecamatan Kota dengan menggunakan topeng babi. Hal itu sengaja dilakukan dengan harapan para pejabat sadar diri akan tanggung jawab yang diemban.
Koordinator LTI, Mahendra, memaparkan bahwa sudah menjadi rahasia umum banyak oknum yang duduk di kursi pemerintahan mengambil dengan rakus banyak hal yang bukan haknya. Beragam modus kegiatan dipakai demi mengumpulkan keuntungan materi. Alibi untuk kesejahteraan masyarakat juga biasa didengungkan.
Baca Juga: Pesan Dandim 0827 Sumenep Usai Hadiri Upacara Peringatan Hari Pahlawan 2024 di Kantor Bupati
“Banyak pejabat sudah lupa diri. Jalan dimakan, sampah dimakan, raskin dimakan, dana kesehatan dimakan, bahkan tanah pun ikut dimakan. Seperti babi, mereka memakan apa saja yang bukan miliknya,” ungkapnya pada bangsaonline.com.
Yang paling menyedihkan, menurut pria yang biasa disapa Eeng itu, masyarakat juga ikut-ikutan mengikuti pola kehidupan babi. Yang ada di otaknya hanya urusan makan, tanpa memikirkan apakah cara yang dipakai sudah menyengsarakan orang lain atau tidak.
“Pada intinya, budaya konsumerisme merasuk di relung hati terdalam masyarakat kita,” ungkap.
Baca Juga: Dinsos Sumenep Bersama USAID ERAT Gelar Workshop untuk Susun RAD Pemenuhan Hak Disabilitas
Eeng berharap, teater jalan yang ditampilkan oleh beberapa seniman muda itu mampu mengetuk hati para pejabat, sehingga kesadaran mendahulukan kepentingan masyarakat tumbuh berkembang dalam diri tiap pejabat.
“Kami juga berharap masyarakat tetap memegang teguh prinsip hidup yang diajarkan agama masing-masing, sehingga istilah memakan saudara sendiri tidak ada dalam kehidupan kita ini,” tandasnya.
Teater yang diperankan oleh 25 seniman muda itu dilakukan di Pasar Minggu yang sebelahan dengan Taman Adipura. Setelah puas di Pasar Minggu, mereka menuju Taman Adipura yang oleh masyarakat setempat disebut Taman Bunga (TB). Di TB, mereka mengendus-endus bebatuan buatan, trotoar, dan apa pun yang ditemui. Seperti sangat bernafsu memakan apa saja yang di depan mata.
Baca Juga: Ciptakan Udara Bersih dan Berkualitas, DLH Sumenep dan Medco Energi Tanam Ribuan Pohon
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News