TULUNGAGUNG, BANGSAONLINE.com - Kepekaan sosial seolah sudah tak dimiliki oleh kepala desa (Kades) se-Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Sebab, di saat warganya ketar-ketir dengan ancaman bencana alam seperti tanah longsor yang selalu menghantui kecamata Kalidawir di musim penghujan ini, para kades justru tanpa beban untuk piknik ke Pulau Bali dan Lombok. Bahkan, piknik itu memakan waktu selama seminggu menggunakan 1 unit bus yakni sejak Kamis (25/2) hingga Rabu (2/3) pekan depan.
Salah satu warga di Kecamatan Kalidawir, Warji (46) mengaku merasa takut ketika ditinggalkan pimpinan desanya. Sebab, jika terjadi bencana alam seperti tanah longsor tidak ada yang mengurusi di desa.
Baca Juga: Langkah Besar Menuju Geopark Nasional: Tulungagung Menanti Pengakuan Dunia
“Sebenarnya, warga tidak mengharap (kades pergi piknik dan terjadi bencana tanah longsor-red) itu. Kan sedang musim penghujan, desa kami sangat rawan bencana. Takutnya, ketika terjadi sesuatu siapa yang akan mengendalikan warganya kalau bukan pimpinan,” ujarnya dengan nada prihatin, kemarin.
Namun anehnya, rumor yang berkembang di masyarakat Kalidawir adalah mereka tidak piknik, melainkan mengaku studi banding. Padahal jelas-jelas di dalam bus tersebut tertulis rombongan "piknik bareng".
Menurut info yang diterima BANGSAONLINE, kades dan istrinya yang ikut dalam piknik tersebut harus membayar dengan uang pribadi sebesar Rp 2,1 juta per orang.
Baca Juga: Respons Komisi I DPRD Trenggalek soal Pulau yang Diklaim Pemkab Tulungagung
“Studi banding kok bayar dewe. Kudune yo pemerintah seng mbayari. Opo maneh tulisane seng dibeber nang ngarep bus piknik. Berarti yo dolan kewi to (Studi banding ko membayar sendiri-sendiri. Semestinya menggunakan anggaran pemerintah kalau kegiatannya studi banding. Apalagi terpampang tulisan piknik di depan bus. Artinya, kades memang piknik),” kecam warga lainnya bernama Harun dengan nada sinis.
Terpisah, Camat Kalidawir Sulkhan ketika dikonfirmasi wartawan membantah kalau kades se-kecamatan Kalidawir pergi piknik. Tetapi, mereka sebenarnya melakukan kunjungan kerja (kunker).
“Iya. Saya dan rombongan kepala desa bepergian ke luar kota dalam rangka studi banding. Poin yang ingin kita ketahui di daerah lain, seperti BUMDes, home industri, ADD (alokasi dana desa) dan dana desa (DD). Selain itu, kami studi banding untuk mempelajari budaya lokal,” katanya saat dihubungi via ponselnya. (fer/rev)
Baca Juga: Gerebek Sayur Meriahkan Ulang Tahun Pertama RSUD Campurdarat dr. Karneni Tulungagung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News