BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Kelompok ulama asal Madura yang tergabung dalam Aliansi Ulama Madura menganggap keliru kebijakan pemerintah yang menjadikan peristiwa gerhana matahari total sebagai obyek wisata.
"Apalagi, di wilayah yang dilintasi gerhana, dibuat perayaan khusus," kata Sekretaris Jenderal Aliansi Ulama Madura KH Fudoli Ruham, Minggu (6/3).
Baca Juga: Kiai Asep Ungkapkan Makna Sholat Gerhana
Menurut dia, gerhana matahari pernah terjadi di zaman Nabi Muhammad. Ketika itu, umat muslim tak merayakan apa pun. Nabi justru memperbanyak istigfar dan salat gerhana (khusufus syamsi) sebanyak dua rakaat. Gerhana dianggap sebagai tanda kekuasaan Allah. Bahkan, kata dia, dalam sejumlah hadis, Muhammad menyebut tanda-tanda datangnya hari kiamat satu di antaranya menyatunya matahari dan bulan. "Gerhana bukan tontonan, bukan ajang rekreasi," ujarnya.
Meski begitu, Aliansi Ulama tak melarang masyarakat mengikuti anjuran pemerintah. Namun Fudoli berharap masyarakat muslim mengisinya dengan kegiatan salat sunah gerhana, memperbanyak istigfar, sedekah, dan saling bermaafan saat gerhana matahari total, Rabu (9/3). "Khususnya antara anak dengan orang tua," dia menjelaskan.
Adapun waktu salat sunah gerhana, yaitu pukul 07.00 WIB, karena, menurut prediksi ilmuwan, gerhana matahari akan berlangsung pukul 06.25-07.59. "Di pesantren saya Alfudola, seluruh santri dan masyarakat akan menggelar salat sunah gerhana," katanya.
Baca Juga: Gerhana Bulan Total, Kemenag Jember Imbau Masyarakat Lakukan Sholat Khusuf
Dalam laman resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) disebutkan gerhana matahari total akan melintasi sebelas provinsi, yaitu Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku. Jalur Gerhana dimulai dari Palembang, Bangka Belitung, Sampit, Palangkaraya, Balikpapan, Palu, Poso, Luwu, Ternate, Halmahera, Bengkulu, Jambi, dan berakhir di Kalimantan Barat.
LAPAN bersama Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) akan melakukan ekspedisi bersama untuk meneliti fenomena gerhana matahari total pada 9 Maret 2016.
Dalam penelitian ini, Lapan dan NASA akan pergi ke wilayah Halmahera Utara. Sebagaimana diketahui, daerah ini merupakan tempat dengan durasi terlama yang akan dilewati gerhana matahari total.
Baca Juga: Gerhana Bulan Total Pada 8 November 2022: Kaum Muslim Dianjurkan Sholat Khusuf
Dalam peresmian kerja sama ini, Wakil Duta Besar Amerika Serikat, Brian McFeetees, mengatakan penelitian gerhana matahari total bagian dari pertukaran ilmu antara Amerika Serikat dan Indonesia.
“Penelitian ini ditujukan sebagai kerja sama antar ilmuwan dua negara. NASA menganggap penting peristiwa gerhana matahari total di Indonesia,” katanya.
Tim ini segera menuju Maba, Halmahera Utara, untuk meneliti efek yang ditimbulkan gerhana matahari total tahun ini. Salah satu yang akan diteliti adalah elektron bebas yang dihasilkan korona ketika terjadi gerhana.
Baca Juga: Penampakan Gerhana Matahari Cincin di Pamekasan Terhalang Mendung
Dalam ekpedisi kali ini, NASA akan diwakili oleh empat peneliti. Mereka akan ditemani oleh para peneliti Lapan untuk sama-sama mengamati gerhana matahari total.
Informasi kedatangan peneliti NASA ke Tidore untuk menyaksikan gerhana matahari total disampaikan langsung Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tidore Kepulauan, Asrul Sani Soleman.
Menurut Asrul Sani para peneliti NASA akan menggunakan teropong khusus mengamati gerhana matahari total yang dibawa dari kantor mereka di Amerika Serikat.
Baca Juga: Ratusan Jamaah Gelar Salat Gerhana Matahari di Masjid Agung Bojonegoro
Mereka memilih Tidore karena daerah ini akan terjadi gerhana matahari total secara sempurna dan lebih lama apabila dibandingkan dengan wilayah lain di Maluku Utara.
Asrul Sani menambahkan masih ada ratusan wisatawan dari berbagai negara yang telah menyatakan kepada Pemkot Tidore Kepulauan untuk menyaksikan gerhana matahari total di sejumlah lokasi di daerah ini, seperti di Pulau Maitara, salah satu pulau wisata di Tidore Kepulauan.
“Khusus wisatawan yang datang menggunakan kapal pesiar, sejauh ini sudah ada empat kapal yang menyampaikannya ke Pemkot Tidore Kepulauan, di antaranya dari Prancis, Amerika Serikat, dan Swiss,” kata Asrul.
Baca Juga: Warga Jember Ikut Lihat Fenomena Gerhana Matahari Gunakan Mika, Begini Caranya
Pemkot Tidore Kepulauan telah melakukan berbagai persiapan untuk menyambut kedatangan mereka, seperti dari segi penyiapan akomodasi dan pembenahan berbagai infrastruktur, khususnya pada sejumlah objek wisata menjelang gerhana matahari total, 9 Maret 2016. (slp/rol/lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News