Harga Gabah di Tuban Terus Menurun, Disperpar Anggap sudah Hukum Pasar

Harga Gabah di Tuban Terus Menurun, Disperpar Anggap sudah Hukum Pasar

TUBAN, BANGSAONLINE.com - Harga gabah di Kabupaten Tuban terus menurun, akibatnya para petani kini dihantui kerugian. Untuk diketahui, saat ini harga Gabah Kering Panen (GKP) jauh dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang sudah ditentukan berdasarkan Inpres Nomor 5 tahun 2015 sebesar Rp 3.700.

Di Tuban harga gabah hanya di kisaran Rp 2.500 per kilo. Harga dari tengkulak tersebut dinilai oleh petani tidak masuk akal. Sebab, perbandingannya jauh berbeda dari yang ditetapkan pemerintah.

Sakidin (55) petani asal Desa Sumberejo, Kecamatan Merakurak, Tuban kepada BANGSAONLINE, Senin (7/3) mengatakan saat ini dirinya berharap agar pemerintah mengambil langkah strategis agar harga gabah tidak anjlok.

“Kami tidak muluk-muluk, balik modal saja sudah bersyukur,” ungkapnya.

"Anjloknya harga gabah saat musim panen ini tidak bisa dipungkiri lagi. Apalagi kualitas gabah menurun akibat dampak dari panen dini karena luapan banjir," kata Kepala Dinas Perekonomian dan Pariwisata (Disperpar) Kabupaten Tuban, Farid Achmadi kepada BANGSAONLINE saat dikonfirmasi.

Ia berdalih anjloknya harga gabah itu sudah wajar dan merupakan hukum pasar. "Jika stok melimpah maka harga akan turun. Ini berlaku juga saat musim panen padi atau pun produk pertanian lainnya,” ujarnya.

Namun, ia menampik jika pemerintah tidak bertindak. Ia mengatakan pihaknya telah berusaha memecahkan persoalan anjloknya harga produk pertanian di musim panen dengan pemanfaatan Resi Gudang. Namun, program tersebut nyatanya tidak disambut baik oleh para petani, dan hanya sebagian kecil petani atau kelompok yang menitipkan hasil pertanianya ke Resi Gudang.

“Kami ada program resi gudang yang dapat dimanfaatkan, minimal untuk menunggu sampai harga Gabah membaik, namun sejauh ini hanya efektif 20 persen dari kapasitas yang ada 25.000 ton.” jelas Farid.

Menurut Farid, jika petani memang membutuhkan dana untuk melaksanakan masa panen berikutnya, resi gudang akan memberikan pinjaman modal atau kredit lunak senilai 70 persen dari nilai hasil pertanian yang dititipka. Dengan begitu petani dapat melaksanakan masa tanam berikutnya setelah panen.

“Resi gudang akan memberikan kredit luak maksimal 70 persen dengan bunga 0,1 persen,” pungkasnya. (wan/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO