BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Sebanyak 1.300 pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang tersebar di 43 Desa di 27 Kecamatan di Bojonegoro dilantik di pendopo Pemerintah Kabupaten (Pemkab), Rabu (6/4/16).
Pelantikan itu dipimpin langsung Bupati Bojonegoro, Suyoto. Dalam sambutannya, Kang Yoto sapaan akrabnya, mengapresiasi kegiatan tersebut. Sebab, ulama merupakan bagian dari penggerak pembangunan di Kota Ledre.
Baca Juga: Pelihara Kamtibmas, Kapolres Bojonegoro Kunjungi Tokoh Agama
Pelantikan pengurus MUI tersebut diawali dengan pembacaan surat keputusan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) MUI Bojonegoro, Nomor 001-027/MUI/Bjn/12/2016 tentang pengukuhan pengurus MUI Kecamatan dan Desa se Kabupaten Bojonegoro periode 2016-2021.
Kemudian diikuti dengan penandatangan berita acara pelantikan dan pengukuhan pengurus MUI tingkat kecamatan dan desa.
Kang Yoto -sapaan karib Suyoto- menyampaikan tentang tanggungjawab sosial kemasyarakatan yang diemban pengurus MUI baik Kabupaten, Kecamatan bahkan di tingkat Desa. MUI mempunyai tugas mulia yakni membawa umat atau rakyat hidup lebih maju.
Baca Juga: MUI Bojonegoro Ajak Masyarakat Boikot Produk Mamin Prancis
"Dalam bahasa lainnya bisa pula dikatakan bahwa maju dan mundurnya desa atau kecamatan tergantung ulama," ungkapnya.
Disebutkan Bupati, bahwa tipikal karakteristik Bojonegoro terbagi dalam dua klasfikasi. Di mana Bojonegoro ke timur roda penggerak pembangunan terdiri dari pemerintah, pengusaha dan ulama. Sedangkan untuk Bojonegoro ke barat pemerintah, ulama dan sedikit sentuhan pengusaha.
"Hal ini berdampak pada pertumbuhan kedua titik yang jauh berbeda, untuk Bojonegoro barat cenderung stagnan dan lamban jika dibandingkan Bojonegoro timur," jelas Kang Yoto.
Baca Juga: MUI Bojonegoro Imbau Warga Muslim Salat Idulfitri di Rumah
Masih menurut Bupati, ia mencontohkan banyak kearifan lokal yang diprakarsai oleh ulama dan kyai di Bojonegoro dan hal tersebut terbukti memiliki dampak yang luar biasa. Setidaknya ada tiga wilayah di Bojonegoro yang mememiliki kearifan lokal yang didukung oleh para ulama.
Yang pertama adalah rukun kematian di Desa Pajeng Kecamatan Gondang. Di tempat itu, lanjut Bupati, kematian yang identik dengan kesusahan dan mengeluarkan biaya banyak disulap menjadi berkah. Uang iuran kematian oleh para tokoh diubah menjadi dana pinjaman bergulir baik untuk permodalan usaha atau pinjaman pembuatan sanitasi dan air bersih.
Berangkat dari filosofi bahwa uang yang digunakan merupakan uang “Si Mayat atau orang Meninggal,“ jadi tak ada yang berani ngemplang.
Berikutnya yang terjadi di Desa Tembeling Kecamatan Kasiman, dimana sistem 'banca’an atau ambengan' atau disebut pula syukuran dengan tumpeng diubah bahwa syukuran yang semula ini berupa makanan sebagian dirupakan uang untuk pembangunan masjid. Jadi dari hasil uang itu warga Desa Tembeling Kecamatan Kasiman mampu membangun masjid senilai 1 miliar lebih.
Contoh terakhir, di Dusun Mayang Desa Hargomulyo Kecamatan Kedewan, program sapi bergulir ternyata mampu menjadi penolong warga sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga. Yang lebih membanggakan di mana pinjaman sapi bergulir itu mampu untuk biaya anak anak warga dusun tersebut hingga jenjang pendidikan tinggi.
Pinjaman sapi bergulir ini berawal dari sebuah pohon di pemakaman yang hampir roboh kemudian ditebang dan dijual lalu dibelikan sapi. Dari seekor sapi kini telah menjadi ratusan sapi yang bisa dinikmati oleh seluruh warga.
Sementara itu, ketua panitia acara, Hanafi menyampaikan jumlah pengurus yang dilantik mencapai 1.300 orang yang merupakan pengurus MUI di 27 kecamatan dan 430 desa dan kelurahan diseluruh wilayah Bojonegoro. Serta dihadiri perwakilan MUI Jawa Timur, utusan MUI Kabupaten Tuban dan Lamongan, Forum Pimpinan Daerah serta pengurus MUI Kabupaten Bojonegoro dan menghadirkan orasi ilmiah yang dibawakan oleh Ustadz Imam Mawardi dari Surabaya. (nur/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News