JOMBANG, BANGSAONLINE.com – Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur KH Ir Salahuddin Wahid menegaskan bahwa rakyat Indonesia yang bisa baca al-Quran hanya 25 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta.
”Jumlah al-Quran yang dicetak hanya 2 juta tiap tahunnya,” kata Gus Solah – panggilan akrab cucu pendiri NU dan pesantren Tebuireng, Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari itu saat memberi sambutan pada wisuda santri yang lulus bidang Takhassus (lancar baca kitab kuning) dan Binnadhor (lancar baca al-Quran dengan hafal juz 30, surat al-Waqi’ah, surat Yasin dan tahlil) di halaman Pondok Pesantren Tebuireng, Jumat (27/5). Karena itu Gus Solah mengapresiasi para santri yang lulus Takhassus dan Binnadhor karena dalam usia kecil sudah pandai membaca al-Quran dan kitab kuning.
Baca Juga: Sejarah Pesantren Dibelokkan, Menag: Pesantren Harus Jadi Tuan Rumah di Republik Ini
”Banyak teman saya yang sudah usia 50 tahun ke atas tak bisa baca al-Quran. Tapi mereka kemudian belajar. Masih untung karena masih mau belajar meski umur 50 tahun ke atas daripada tidak samasekali,” katanya di depan para wali santri yang memenuhi halaman Pondok Pesantren Tebuireng.
Gus Solah berharap para santri terus mengembangkan kebiasaan membaca al-Quran di tengah-tengah masyarakat agar rakyat Indonesia terbiasa dan bisa baca al-Quran. ”Harus ditingkatkan terus sampai memahami dan mengerti makna al-Quran,” kata kiai bergelar insinyur lulusan ITB Bandung itu.
Dalam sepekan ini Pondok Pesantren Tebuireng memang sedang sibuk menggelar akhirussanah. Selain mewisuda para santri yang lancar baca al-Quran dan kitab kuning, Pondok Pesantren Tebuireng juga mewisuda siswa SMP, SMA, Tsanawiyah, Aliyah dan lainnya yang lulus tahun ini.
Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng
Dalam acara wisuda yang digelar pada Ahad (29/5) itu hadir Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa. Mensos hadir sebagai wali santri karena anak bungsunya, Ali Mannagalli Parawansa adalah santri Tebuireng yang tahun ini lulus SMP A Wahid Hasyim Tebuireng. Ia pun didapuk memberi sambutan atas mewakili para wali santri.
Sementara Prof Dr Rahmat Abdul Wahab, Rektor Univesitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang juga ketua PWNU Yogyakarta dan ketua Forum Rektor seluruh Indonesia menyampaikan orasi ilmiah.
Pondok Pesantren Tebuireng juga mewisuda para lulusan Ma’had Aly Tebuireng. Dalam acara yang digelar pada Senin (30/5) ini hadir Menteri Agama (Menag) RI Lukman Hakim Saifuddin.
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
Dalam sambutannya Gus Solah mengapresiasi kebijakan kementerian agama (Kemenag) bahwa Ma’had Aly harus berada di Pondok Pesantren. ”Ma’had Aly harus di pesantren itu tepat,” kata adik kandung Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu.
Kementerian Agama memang telah mengeluarkan surat keputusan tentang izin pendirian bagi 13 Ma’had Aly berikut nomor statistiknya. Surat izin bagi 13 Ma’had Aly ini diberikan langsung oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Pondok Pesantren Tebuireng dalam acara wisuda III para lulusan Ma’had Aly Tebuireng.
Dirjen Pendidikan Islam Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, MA, mengatakan, permberian surat izin ini merupakan bentuk pengakuan yang memastikan legalitas Ma’had Aly dalam sistem pendidkan nasional.
Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Bacakan Amanat Menag saat Jadi Inspektur Upacara Hari Santri Nasional 2024
”Kami awalnya merencanakan untuk menganggarkan setiap Ma’had Aly Rp 1 miliar. Tapi karena ada pengurangan anggaran, insyaallah separuhnya. Ini di tahun pertama (setelah keluarnya SK). Semoga untuk tahun berikutnya bisa lebih dari itu,” katanya sembari berjanji akan terus memberi afirmasi tidak hanya pada aspek regulasi tapi juga faslitas dalam bentuk anggaran. Menurut dia, salah satu capaian monumental Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin adalah revitalitasi Ma’had Aly yang berbasis pesantren. (MA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News