SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Tiap hari, titik kemacetan di Surabaya kian bertambah. Bahkan, kondisi tersebut cenderung bertambah parah lantaran jumlah kendaraan yang terus bertambah. Sementara jalan yang tersedia tidak memadai. Anggota Komisi C DPRD Surabaya Vinsensius berpendapat, untuk mengurai kemacetan di beberapa titik tidak cukup hanya dilakukan dengan melakukan rekayasa lalu lintas. “Sudah saatnya ada penambahan jalan melalui tol tengah kota,” katanya, Minggu (5/6).
Menurutnya, pembangunan tol tengah kota merupakan alternatif terakhir, setelah proyek-proyek lain yang diharapkan bisa mengurai kemacetan tak bisa maksimal. Proyek-proyek lain yang harus dimaksimalkan lebih dulu itu, yakni frontage road, jalur lingkar luar barat (JLLB), serta middle east ring road (MERR).
Baca Juga: Bus Pariwisata Rombongan Mahasiswa Mataram Terbakar di Pintu Tol Menanggal
“Sebaiknya akses jalan yang ada saat ini, dimaksimalkan lebih dulu. Setelah semuanya tidak membuahkan hasil, baru tol tengah kota sebagai alternatif terakhirnya,” kata Vinsensius, yang akrab disapa Awey ini.
Dia menyebutkan, selain mengganggu estetika kota, pembangunan tol tengah kota juga mengakibatkan perekonomian di sekitarnya tak hidup. Awey juga menilai, penataan Kota Surabaya sudah cukup baik.
Apalagi, lanjutnya, di kawasan tengah kota nantinya sudah ada rencana pembangunan mass transportation. Proyek transportasi massal berupa trem ini yang harus segera ditindaklanjuti. “Jadi, pembangunan fly over atau tol tengah kota adalah langkah terakhir,” tegasnya.
Baca Juga: Gelar Rapat dengan Pengembang, Risma Kebut Pembangunan JLLB
Dia mengakui, keberadaan tol tengah kota juga merupakan salah satu alternatif dalam mengurai kemacetan, terutama sepanjang jalan yang ada banyak persimpangannya. Namun, kebutuhan pembangunannya tetap menjadi alternatif terakhir.
Soal terbitnya Perpres No 3/2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional (PPSN), proyek tol tengah kota di Surabaya, imbuh Awey, hal itu bukan masalah. Sebab, terangnya, untuk pelaksanaannya tetap harus melihat kondisi daerah dan tingkat urgensitasnya. ”Silakan perpres, tetapi harus melihat kondisi di daerah,” ujar dia.
Selumnya diberitakan, sesuai Perpres No 3/2016, proyek tol tengah kota Surabaya masuk di urutan 28 dari total 225 proyek strategis yang harus dipercepat pembangunannya. Itu artinya, proyek yang akan menghubungkan kawasan Waru, Wonokromo, hingga Tanjung Perak itu sifatnya mendesak.
Baca Juga: Jika Diterapkan, ITW Siap Gugat Aturan Sistem Ganjil Genap di Jatim
Sementara, Wali Kota Tri Rismaharini masih bersikukuh menolak rencana pembangunan tol tengah kota dengan berbagai alasan. Pertama, menghendaki masyarakat menggunakan jalan tanpa bayar.
Kedua, hanya orang tertentu yang bisa melewati tol tengah kota. Ketiga, sebut Risma, dalam teori pembangunan, solusi mengatasi macet bukan memperpanjang jalan, melainkan memberikan sistem transportasi massal.
Keempat, apabila jalan tol layang di tengah kota dibangun, nilai properti di bawahnya pasti jatuh dan mati. Kelima, pembangunan itu dikhawatirkan menimbulkan banjir karena kaki-kaki jalan tolnya akan memotong aliran air. (lan)
Baca Juga: Underpass Pertama di Kota Surabaya di Jalan Ahmad Yani Dibangun Tahun Depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News