BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com – Bulan Ramadan mendatangkan berkah tersendiri bagi Muadah, 45, warga Dusun Korgan, Desa/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro. Sejak awal puasa ini ia menerima banyak pesanan membikin kue dan jajanan khas Lebaran.
Menjalani puasa tidak lantas membuat Muadah bermalas-malasan. Ia justru semakin sibuk di dapur membuat kue seperti kue mawar, kue kacang, kue nastar, dan lainnya. Ia memanfaatkan ruangan dapur di belakang rumahnya yang berukuran 6x7 meter sebagai tempat produksi kue dan jajanan Lebaran.
Baca Juga: Ramadhan, Seluruh Anggota Polri Ikuti Ngaji Online Bersama KH Anwar Zahid
“Memasuki Ramadan justru pemesanan kue meningkat. Saat seperti ini saya lebih sibuk dari sebelumnya,” ujar Muadah, kemarin.
Kendati demikian, Muadah tetap menjalankan amalan selama bulan Ramadan seperti puasa, tarawih, dan tadarus. Maklum, Muadah adalah istri dari Musleh, seorang kiai di kampung yang mengasuh surau. Muadah memanfaatkan waktu yang ada selama Ramadan itu untuk menggenjot produksi kue dan jajanan Lebaran.
Di dapurnya Muadah mempunyai dua oven berukuran besar yang digunakan untuk mematangkan kue. Selain itu, ia juga mempunyai bermacam cetakan kue seperti cetakan kue mawar, cetakan kue kacang, cetakan kue nastar, dan lainnya. Untuk bahan-bahan kue itu ia membelinya dari Cepu. Sedangkan, toples dibelinya dari Kota Bojonegoro.
Baca Juga: Jalin Sinergitas, Bupati Ipong Ajak Bukber Wartawan Ponorogo
Muadah membikin kue dan jajanan itu dibantu suami dan dua anaknya. Biasanya ia yang membuat adonan kue itu. Setelah itu, adonen kue kacang atau kue mawar itu dicetak sesuai ukuran-ukuran tertentu. Suami dan anaknya yang mencetak kue tersebut. Selanjutnya, kue itu dimatangkan di oven hingga beberapa saat.
“Kue bikinan rumahan ini banyak diminati lantaran selalu baru dan tidak mengandung bahan pengawet,” jelasnya.
Harga kue Lebaran produksi rumahan ini juga terjangkau. Misalnya untuk kue mawar dipatok Rp 15.000 per toples, kue kacang dipatok Rp 25.000 per toples, kue nastar Rp 20.000 per toples. Dalam sehari Muadah bisa membikin puluhan toples kue mawar dan kue kacang tersebut.
Baca Juga: Warga Bumiayu Bojonegoro Sambut Ramadan dengan Rebutan Gunungan
“Sekarang saya membuat kue itu setelah sahur dan setelah salat tarawih. Kalau capek ya istirahat, yang penting usaha jalan dan puasa juga tetap jalan,” ujarnya.
Muadah mengaku saat ini telah mendapatkan banyak pesanan membikin kue dari pelanggannya. Misalnya ia mendapatkan pemesanan membikin kue kacang dan kue mawar dari SD Muhammadiyah 2 Bojonegoro sebanyak 500 toples. Selain itu, ia juga mendapatkan pesanan dari teman-teman arisan sebanyak 300 toples. Mendekati Lebaran, pemesanan kue dan jajanan itu diperkirakan akan meningkat dua kali lipat.
“Saya sering kewalahan melayani pemesanan kue saat mendekati Lebaran,” ujarnya.
Baca Juga: Sopir Angkutan di Terminal Ronggosukowati Pamekasan Lakukan Tes Urine
Muadah belajar membuat kue ini secara otodidak. Dulu ia sering membuat kue basah. Kemudian, ia belajar dari resep masakan dan resep membuat kue cara membuat kue-kue kering. Sejak tiga tahun lalu ia sudah bisa membuat kue kering dan kue Lebaran itu.
Sementara itu menurut Puji Rahayu, guru SD Muhammadiyah 2 Bojonegoro, ia mengaku lebih suka membeli kue produksi rumahan ketimbang kue bikinan pabrikan. Sebab, kata dia, kue bikinan rumahan tidak diproduksi secara massal sehingga kuenya selalu baru. Selain itu, dari segi rasa juga lebih enak.
“Saya lebih suka membeli kue-kue produksi rumahan untuk hidangan Lebaran. Kalau kue pabrikan biasanya sudah distok lama sehingga rasa dan aromanya sudah tidak enak lagi,” tuturnya. (nur/rev)
Baca Juga: Jaga Toleransi, Klenteng Hok Swie Bio Bojonegoro Gelar Buka Puasa Bersama
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News