BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Masyarakat Bojonegoro di berbagai kecamatan memiliki tradisi yang unik dalam menyambut Lebaran. Mereka ramai-ramai melakukan hajat pernikahan anak-anak mereka pada malam 29 Ramadan atau kali ini jatuh pada Jumat (23/6). Dari tahun ke tahun, peserta tradisi ini terus berkembang.
Kementerian Agama (Kemenag) Bojonegoro mencacat ada sebanyak 825 pasangan calon pengantin yang akan melangsungkan akad nikah pada sehari menjelang hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah besok. Uniknya, ratusan calon pengantin itu tersebar di 27 Kecamatan di Bojonegoro secara merata.
Baca Juga: Ramadhan, Seluruh Anggota Polri Ikuti Ngaji Online Bersama KH Anwar Zahid
“Lima kecamatan terbanyak yang melakukan pernikahan yakni kecamatan Baureno, Kanor, Sumberejo, Kepuhbaru dan Kedungadem. Kita siap untuk melayani mereka walau sudah tercatat sebagai hari libur cuti bersama,” ujar Kasi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kemenag Bojonegoro, Masduki, Jumat (23/6) melalui sambungan telepon.
Masduki mengaku sudah memerintahkan para penghulu agar siap dan melayani masyarakat dengan baik. Para penghulu juga diimbau mengatur jadwal dengan baik agar tidak terjadi keterlambatan karena bisa jadi mereka akan bekerja mulai pagi hingga malam hari. Diakui Masduki, khusus satu malam itu saja biaya pernikahan yang diterima Depag Bojonegoro bisa mencapai Rp 495 juta.
Sementara itu Tohari, salah satu warga yang menghadiri pernikahan kerabatnya menuturkan, tradisi pernikahan malam 29 Ramadhan ini karena kebanyakan warga di desanya adalah perantauan. Sehingga momen Lebaran seperti ini dimanfaatkan untuk berkumpul bersama para penjuru rantau.
Baca Juga: Jalin Sinergitas, Bupati Ipong Ajak Bukber Wartawan Ponorogo
“Saat kumpul itulah kita manfaatkan untuk berbagi kebahagiaan dengan menggelar akad nikah. Sebab jika mereka sudah kembali lagi ke tempat kerja, sulit untuk datang, atau kalau mau datang memerlukan biaya dan waktu yang lebih banyak,” papar Tohari warga Kanor ini.
Satu orang, menurut Tohari, bisa saja dia akan terima banyak undangan dari satu kerabat atau tetangga yang berbeda. Lebaran dan pernikahan ini biasanya juga dipakai ajang silaturahmi dan kangen-kangenan, karena pada saat Lebaran saja kadang waktu tidak cukup.
“Saat menghadiri undnagan nikah, mereka bisa bertemu kerebat, tetangga dan teman yang kadang tidak mungkin bisa mereka kunjungi saat mudik karena jauhnya tempat dan sempitnya waktu liburan,” pungkas Tohari. (nur/ns)
Baca Juga: Warga Bumiayu Bojonegoro Sambut Ramadan dengan Rebutan Gunungan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News