Terapkan IT, Dishub Jatim Tekan Kebocoran Rp 63 Miliar

Terapkan IT, Dishub Jatim Tekan Kebocoran Rp 63 Miliar Petugas di jembatan timbang yang melakukan pengecekan tanda uji angkutan barang.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Melalui information technology (IT) atau teknologi informasi, Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dishub LLAJ) Jawa Timur (Jatim) berhasil menekan praktik pungli di jembatan timbang. Hasilnya, sangat fantastis. Melalui cara itu, ada kenaikan Rp 63 miliar yang bisa masuk ke PAD.

Gambarannya, jika sebelum penerapan kebijakan itu PAD yang disumbang dari seluruh jembatan timbang di Jatim hanya Rp 18 miliar per tahun, kini naik menjadi Rp 80 miliar.

“Alhamdulillah,” ujar Kadishub dan LLAJ Jatim Dr Ir wahid Wahyudi MT, dalam pertemuan dengan Harian Bangsa, awal pekan lalu. Apakah angka kebocoran karena pungli di jembatan timbang selama ini mencapai angka Rp 63 miliar? “Saya tidak mengatakan kebocoran. Tapi faktanya, ada kenaikan,” ujarnya tenang.

Dengan penerapan IT itu, kini seluruh jembatan timbang di Jatim sudah dilengkapi dengan CCTV yang merekam seluruh aktivitas di sana. Tak hanya CCTV. Di sana, juga telah dilengkapi dengan dua buah portal otomatis. Dua portal itu, secara otomatis bekerja ketika roda depan dan belakang truk, sudah menginjak timbangan pengkur muatan. Dengan CCTV yang termonitor, akan menghalau petugas berbuat nakal memanipulasi tonase muatan kendaraan. Tak hanya menertibkan truk bermuatan lebih. Sejak Dishub menaikkan denda hingga 400 persen, angka pelanggaran itu turun drastis.

Wahid mengakui, jika jembatan timbang sangat rentan terhadap praktek pungli. Dia mengibaratkan, ” jangankan manusia di tempatkan di jembatan timbang. Seandainya malaikat pun ditempatkan di sana saat bertugas, dia akan berubah menjadi setan. Tapi sekarang saya berani bilang: Jangankan manusia yang di tugaskan di jembatan timbang. Seandainya setan pun ditugaskan di sana, dia akan berubah menjadi malaikat, karena sistemnya sudah jalan.”

Tak hanya IT. Upaya menekan kenakalan oknum petugas, juga dilakukan dengan mengefektifkan dan mengifisienkan personel yang bertugas. Artinya, petugas yang berjaga di masing-masing jembatan timbang, diupayakan dekat dengan tempat tinggal masing-masing.

Tak cukup di situ. Wahid juga memberikan insentif khusus kepada petugasnya yang ada di lapangan. Selain menyiapkan makan dan minum, para petugas juga mendapatkan uang saku per bulan Rp 5 juta. Sementara mereka yang bertugas di jembatan timbang di luar kota dari tempat tinggalnya, masih diberikan biaya transport. Karena mereka bekerja lebih dari 12 jam, maka juga ada uang lembur.

Wahid mengakui, meski upaya menekan kebocoran itu berhasil, namun hal itu melalui proses yang sangat sulit. “Ibaratnya, saya harus berperang dengan anak buah sendiri. Ini perkejaan yang sangat sulit,” katanya.

Di Jatim, tahun 2016 ada 20 jembatan timbang. Dari jumlah itu, hanya satu jembatan timbang yang tidak beroperasi yaki di Kecamatan Socah, Bangkalan. “Tapi nanti akan dioperasikan lagi saat pelabuhan Socah beroperasi. “ (dev/rus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO