MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Ratusan karyawan PT Putra Restu Ibu Abadi (PT PRIA) dan sejumlah warga Dusun Kedungpalang, Desa Lakardowo ngeluruk kantor Pemkab Mojokerto, Selasa (19/7). Berbeda dengan aksi warga Lakardowo sebelumnya yang menuntut penutupan perusahaan tersebut, pendemo wadul pemkab.
Mereka meminta pemkab turun tangan atas keadaan di desa yang terletak di utara sungai Brantas.
Baca Juga: Pekerja MPS Trowulan Kompak Pilih Gubernur yang Full Senyum
"Banyak karyawan yang resign dari perusahaan kami karena ada tekanan dari warga selama dan setelah bekerja. Begitu juga dengan keluarga karyawan yang dimusuhi warga karena bekerja di PT PRIA," kata Mujiono, seorang staf PT PRIA.
Di hadapan Asisten I Pemerintahan Sekkab Mojokerto A Jazuli yang menemui mereka, perwakilan aksi demo meminta pemkab segera turun tangan dan menyelesaikan permusuhan warga yang pro dan kontra dengan keberadaan pabrik tersebut.
Ia mengatakan, permusuhan ini berdampak pada kenyamanan karyawan yang bekerja. Antarwarga Lakardowo, katanya, terjadi saling fitnah dan permusuhan terkait keberadaan pabrik limbah ini di desa itu.
Baca Juga: Melangkah Lebih Maju, PT Sun Paper Source Perluas Pabrik
Seharusnya, katanya, permasalahan ini hanya terkait masalah baku mutu limbah di mana yang terlibat adalah PT PRIA dan pemerintah. "Ini menjadi persoalan PT PRIA dan tak melibatkan warga dan karyawan," ujarnya.
Hal senada diutarakan H Tawar, warga desa itu yang juga jadi security di PT PRIA. Dia mengurai, banyak anak dari karyawannya yang bersekolah malah diteror warga. Begitu juga dengan ulama yang kebetulan karyawan PT PRIA, ketika mengajak shalat berjamaah selalu ditolak sebagian warga karena bekerja di pabrik limbah itu.
"Yang kami harapkan adalah ketentraman di desa ini lagi. Makanya, ketika kami melakukan aksi damai ini, kami juga mengajak warga yang kontra untuk ikut demo dan menyuarakan kedamaian di desa kami," paparnya.
Baca Juga: Meriah, Arak-arakan Punakawan Tutup HUT ke-51 Tjiwi Kimia
Mendengar keluhan itu, Jazuli berjanji membicarakan ini dengan forpimda. "Kami sangat iba, karena masalah limbah ini sudah merambah pada teror pada agama dan pendidikan di desa itu," katanya.
Menindaklanjuti keluhan itu, pemkab sedang mencari solusi untuk mendamaikan warga, termasuk dengan membentuk tim untuk turun dan bertemu dengan warga.
"Kami berusaha segera mendamaikan mereka, sembari menunggu hasil uji lab di Pemprov Jatim dari hasil baku mutu limbah di sumur pantau," tegasnya.
Baca Juga: Maksimalkan Fungsi Pengawasan, DPRD Kabupaten Mojokerto Sidak ke Pabrik Minuman
Ratusan karyawan PT PRIA dan warga desa itu datang dengan sekira tujuh bus dan lima truk serta dua pick up. Begitu ada di depan pintu pagar Pemkab Mojokerto, pengunjuk rasa membeber poster berisi keinginan agar karyawan dan warga dusun itu hidup damai dan tak ada permusuhan. Beberapa spanduk itu bertulis 'Jangan biarkan penyelundup yang memicu SARA masuk Desa Lakardowo', dan 'Jangan pecah belah kehidupan bermasyarakat kami, STOP cuci otak pada warga'. (yep/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News